Pulang dari aktivitas yang melelahkan, bakda Isya saya biasa bercengkrama dengan istri mengenai masalah keluarga, khususnya anak-anak kami. Ada bahasan yang menarik mengenai cinta pertama seorang anak perempuan. Saya jadi teringat akan ungkapan, yang jadi judul postingan ini. Saya jadi teringat tulisan yang ada di IndonesiaOptimis.com berikut. Terima kasih IndonesiaOptimis.com. Semoga kita bisa mengambil manfaatnya. Selamat membaca!
Ungkapan Dad A Son's first hero and A
Daughter's first love cukup dikenal di masyarakat barat. Bagaimana seorang
ayah menjadi pahlawan pertama bagi anak laki-laki dan menjadi cinta pertama
bagi anak perempuannya. Sekilas terlihat sederhana, wajar namun ternyata
membutuhkan upaya sungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Bukan hanya itu, namun
hikmah dari hal tersebut ternyata luar bisa dikemudian hari bagi perkembangan
anak-anak.
Saya mengingat ungkapan tersebut justru saat
ditanya dalam sebuah kesempatan seminar tentang Pendidikan Anak (Tarbiyatul
Aulad). Salah seorang peserta menanyakan apakah ada perbedaan khusus dalam
mendidik anak laki-laki dan perempuan ?. Barangkali pertanyaan ini jika
ditanyakan kepada pakar parenting yang sesungguhnya, mungkin membutuhkan
jawaban yang panjang dan detil. Begitu pula jika dituliskan, bisa jadi malah
layak dibuat sebuah buku khusus tentang hal tersebut. Namun saya mencoba
menjawab dengan mengingat ungkapan di atas Dad A Son's first hero and A
Daughter's first love, yang ternyata juga sempat saya terima saat saya
mengikuti workshop keluarga.
Tentang sosok ayah menjadi pahlawan bagi anak laki-laki misalnya. Yaitu bagaimana ayah tampil untuk mentransfer jiwa-jiwa keberanian, ksatria dan kepahlawanan pada anak laki-lakinya. Dan sepertinya ini memang khusus bidangnya ayah ? Mengapa bukan ibu dan ibu guru di sekolah ?
Tentang sosok ayah menjadi pahlawan bagi anak laki-laki misalnya. Yaitu bagaimana ayah tampil untuk mentransfer jiwa-jiwa keberanian, ksatria dan kepahlawanan pada anak laki-lakinya. Dan sepertinya ini memang khusus bidangnya ayah ? Mengapa bukan ibu dan ibu guru di sekolah ?
Ust Irwan Renaldi seorang pakar parenting
pernah menyampaikan hasil pengamatannya, bahwa hampir sebagian besar guru TK
anak-anak kita adalah kaum wanita, ibu guru, bunda atau usatdzah biasa disebut.
Nah bisa dibayangkan saat seorang anak laki-laki, yang semestinya mendapatkan
kisah-kisah heroik seperti Umar bin Khottob, tapi karena kisah itu muncul dari
gambaran seorang ustadzah yang lembut nan gemulai, maka sosok tegas Umar tidak
akan bisa masuk dalam benak anak-anak kita dengan baik. Mereka mendapatkan hal
yang unik berbeda, antara kisah Umar yang tegas tapi diperankan oleh seorang
bunda yang lembut terkesan lemah.
Itu baru sekedar tentang gaya bercerita, belum lagi soal tantangan fisik yang harus diperkenalkan kepada anak laki-laki kita, seperti bermain lumpur, panjat pohon, dan yang semacamnya, tentu tidak bisa dibebankan kepada ibu guru di sekolah bahkan ibunya di rumah. Maka seorang ayah harus tampil memastikan jiwa keberanian, ksatria, pengorbanan itu tumbuh pada diri anak-anak mereka, baik melalui dongeng kisah heroik maupun langsung praktik di lapangan. Semua ini ternyata berselaras dengan apa yang dianjurkan pada sosok ayah dalam agama kita.
Itu baru sekedar tentang gaya bercerita, belum lagi soal tantangan fisik yang harus diperkenalkan kepada anak laki-laki kita, seperti bermain lumpur, panjat pohon, dan yang semacamnya, tentu tidak bisa dibebankan kepada ibu guru di sekolah bahkan ibunya di rumah. Maka seorang ayah harus tampil memastikan jiwa keberanian, ksatria, pengorbanan itu tumbuh pada diri anak-anak mereka, baik melalui dongeng kisah heroik maupun langsung praktik di lapangan. Semua ini ternyata berselaras dengan apa yang dianjurkan pada sosok ayah dalam agama kita.
Tentang menceritakan kisah-kisah sejarah dan
kepahlawanan, seorang sahabat pernah mengungkapkan : Dahulu kami mengajarkan
sejarah peperangan Rasulullah SAW, sama sebagaimana kami mengajarkan AlQuran
pada anak-anak kami". Adapun tentang tantangan fisik, sejak awal
Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk menempa anak-anak kita dengan olahraga
fisik yang menjadikannya sehat lagi kuat, beliau bersabda : " Ajarkanlah
anak-anakmu berenang, menunggang kuda, dan memanah" (HR Ahmad). Dengan
itulah insya Allah seorang ayah menjadi 'first hero' yang mengajarkan
keberanian dan keteguhan pada anak laki-lakinya. Jika lalai dan menggampangkan
soal ini, bisa jadi anak laki-laki kita tumbuh tanpa ketegasan dalam diri,
lebih parah lagi sikap lemah gemulai yang tak wajar bagi kehidupannya.
Adapun tentang cinta pertama bagi anak perempuan, saya teringat dengan apa yang disampaikan oleh pakar parenting juga ibu Emmy Sukresno dalam sebuah kesempatan seminar di Solo. Beliau mengingatkan para ayah untuk tidak sungkan dalam berbagi kasih sayang kepada putri mereka, baik dalam bentuk belaian, sentuhan, pelukan bahkan memangku.
Terkadang ada perasaan sungkan dan ragu pada sang ayah mengingat putri mereka yang kian hari bertambah besar. Ibu Emmy Sukresno justru menyatakan, bahwa ketika anak putri sudah mendapatkan belaian kasih sayang dari sang ayah yang nota bene seorang laki-laki, maka pada saatnya nanti saat sang putri sudah beranjak dewasa, mereka tidak akan 'caper' dan 'genit' kepada teman laki-lakinya di sekolah, karena telah mendapatkan kasih sayang dari sang ayah. Hal yang sederhana tetapi ternyata berefek luar biasa bagi masa depan anak-anak kita.
Adapun tentang cinta pertama bagi anak perempuan, saya teringat dengan apa yang disampaikan oleh pakar parenting juga ibu Emmy Sukresno dalam sebuah kesempatan seminar di Solo. Beliau mengingatkan para ayah untuk tidak sungkan dalam berbagi kasih sayang kepada putri mereka, baik dalam bentuk belaian, sentuhan, pelukan bahkan memangku.
Terkadang ada perasaan sungkan dan ragu pada sang ayah mengingat putri mereka yang kian hari bertambah besar. Ibu Emmy Sukresno justru menyatakan, bahwa ketika anak putri sudah mendapatkan belaian kasih sayang dari sang ayah yang nota bene seorang laki-laki, maka pada saatnya nanti saat sang putri sudah beranjak dewasa, mereka tidak akan 'caper' dan 'genit' kepada teman laki-lakinya di sekolah, karena telah mendapatkan kasih sayang dari sang ayah. Hal yang sederhana tetapi ternyata berefek luar biasa bagi masa depan anak-anak kita.
Dalam Islam pun anjuran untuk memeluk dan
mencium anak jelas disebutkan, bagaimana Rasulullah SAW memeluk dan mencium
cucunya, hingga ketika ada seorang yang lewat merasa kaget dan asing karena ia
tak biasa melakukannya, padahal ia sendiri memiliki 10 orang anak yang tak
seorangpun pernah
Satu lagi pekerjaan rumah bagi siapa saja yang ingin menjadi sosok ayah kebanggaan dan kecintaan putra-putri mereka. Semoga bermanfaat dan salam optimis. |