Salam Pramuka!
Apa kabar kakak dan adik-adik pembaca? Semoga Anda semua sehat wal afiat.
Apa kabar kakak dan adik-adik pembaca? Semoga Anda semua sehat wal afiat.
BTW......Pembaca yang budiman, kasihan... kakak pembina Siaga, ada yang menunggu lengkapnya tulisan saya mengenai Upacara Siaga. Sejak Kamis, 2 Mei 2013. Waktu itu saya baru menulis upacara pembukaan latihan perindukan siaga sebagian, alias belum lengkap. Kakak bisa lihat di http://irwanmaulana.blogspot.com/search?q=upacara+siaga .
Baiklah kini, saya coba lengkapi, semoga bermanfaat.
UPACARA
PEMBUKAAN LATIHAN PERINDUKAN SIAGA
a.
Pemeriksaan kebersihan dan kerapihan anggota.
Pemeriksaan ini bisa dilakukan
dengan permainan ataupun langsung dibariskan lalu
diperiksa. Yang memeriksa tentu adalah
Bunda/Yanda dan Bu Cik/Pak Cik. Biasanya pemeriksaan kebersihan badan meliputi
kuku jari tangan, gigi, rambut, wajah dsb. Berikan penghargaan/pujian bagi yang
bagus dan berikan nasihat bagi yang belum bagus.
b. Memilih barung terbaik untuk memimpin
upacara
Barung terbaik yang dimaksud biasanya adalah
barung yang terbaik dalam menjaga kebersihan badan dan kerapian pakaian.
c.
Barung terbaik menyiapkan perlengkapan upacara
Dengan dipimpin oleh pemimpin barungnya
perlengkapan upacara disiapkan. Yang pokok harus ada adalah standar bendera,
tiang/tongkat dengan bendera Merah Putih yang sudah terikat-terpasang rapi,
naskah teks Pancasila dan teks Dwidarma. Standar bendera jika ada sebaiknya 2
buah. Satu buah dipasang ditengah barisan untuk upacara, dan satu lagi disimpan
dengan tongkat berbendera terpasang, sebelum diambil pada saat upacara nanti
oleh pin-up.
d.
Pemimpin Upacara memanggil anggota perindukan, untuk membentuk lingkaran besar mengelilingi
standar bendera.
Pemimpin
upacara dalam Upacara pembukaan latihan siaga sering dilakukan oleh Sulung.
Namun dibeberapa perindukan untuk kaderisasi kepemimpinan, pemimpin upacara
bisa juga adalah pemimpin barung yang menjadi barung terbaik.
Dalam
mengumpulkan para Siaga, Pin-up (pemimpin upacara) meneriakkan kata " Siaga!" dan
oleh para Siaga dijawab dengan kata "Siap!"
Kemudian ketika
Pin-up memberi isyarat barisan LINGKARAN, para Siaga berkumpul membentuk
barisan lingkaran. Saya anjurkan, agar lingkaran yang dibuat adalah berbentuk
LINGKARAN KECIL DULU, dan kemudian Pin-up memberi aba-aba mundur 3 langkah.
Maka terbentuk LINGKARAN BESAR. Karena biasanya mereka saling tarik tangan
ketika langsung membuat lingkaran besar. Jangan lupa beri aba-aba "SIAP
GERAK!" sebelum menghadap/menjemput pembina upacara.
e.
1) Pembina Upacara (Pembina Siaga) dijemput oleh Pemimpin Upacara dan mengambil
tempat ditengah lingkaran menghadap bendera dan pintu upacara.
Pin-up beri hormat ke Pembina Upacara, dan
lapor upacara pembukaan latihan siap dimulai.
Kalimat laporan, sederhana saja. Misalnya
: LAPOR BUNDA, UPACARA PEMBUKAAN LATIHAN SIAP DIMULAI! ada juga yang
lebih terkesan
kesiagaannya dengan cara lapor: LAPOR BUNDA, TEMAN-TEMAN SUDAH SIAP
UPACARA!.
Kemudian Pembina Upacara (Bunda-Yanda)
berjalan beriringan masuk dengan Pin-Up kedalam barisan. Pin-Up diposisikan di
depan standar bendera membelakangi jalan masuk. Sementara
pembina lanjut menempati posisi berhadapan dengan Pin-Up, berdiri tegap
dengan antara berupa standar bendera.
2)
Para Pembantu Pembina Siaga masuk lingkaran upacara.
ketika Pembina Upacara masuk ke tengah
barisan, maka para pembantu pembina yang hadir berpencar masuk ke dalam barisan
diantara barung yang hadir.
f.
Pemimpin Upacara mengambil bendera untuk dikibarkan.
Setelah berdiri didalam lingkaran,
selanjutnya pembina memerintahkan pin-up,membawa sang merah putih. Kata-katanya
dapat seperti ini. “PIN-UP/SULUNG
KIBARKAN SANG MERAH PUTIH KITA!”. Kemudian Pin-up menjawab : “SIAP”, kemudian
Pin-up balik kanan dan menuju ke tempat penyimpanan bendera Merah Putih dengan
langkah biasa. Setelah ada di depan standar/tempat penyimpanan pin-up dengan tegak
dan tegap membawa tongkat berbendera sang merah putih menuju batas lingkaran
tempat ia keluar tadi. Ada yang membiasakan pin-up sebelum mengambil bendera,
melakukan dulu penghormatan pada bendera. Penulis tidak menganjurkan karena TIDAK
LAZIM menghormat bendera kecuali ketika dikibarkan/dibawa. Disamping itu,
pin-up juga akan menghormat bendera pada waktunya nanti.
g.
Pada waktu bendera sampai dipintu upacara, semua anggota perindukan memberi
hormat hingga selesai.
Pada saat tiba dibatas lingkaran, Pin-up
menghentakkan kaki kirinya maju dengan tegap, semua peserta upacara memberi
penghormatan tanpa diberi aba-aba. Mungkin untuk perindukan yang pertama kali
latihan, perlu diberikan aba-aba hormat oleh pembina, namun kalau sudah biasa,
tanpa aba-abapun akan serentak menghormat.
Pin-up meletakan tongkat berbendera Merah putih
pada bagian tengah standar dengan tegak dan tegap, selanjutnya ketika sudah
terpasang dengan baik pin-up turut hormat dan kemudian ketika pin-up meletakkan
tangannya kembali (posisi tegak)maka secara serentak semua peserta posisi tegak
kembali.
h.
Pembina Upacara (Pembina Siaga) membaca Pancasila ditirukan oleh semua anggota.
Pembina upacara mengambil teks Pancasila
dan kemudian membacanya ditirukan oleh peserta upacara. Cara bacanya sesuai
dengan ketentuan umum pembacaan teks Pancasila dalam upacara. Setelah selesai pembina
meletakkan kembali teks Pancasila pada tempat semula.
Ada pembina yang mengucapkan Pancasila
tanpa teks. Penulis tidak menganjurkan.
i.
Pemimpin Upacara membaca Dwidarma diikuti oleh semua anggota perindukan.
Pada acara ini, umumnya pin-up langsung
membaca Dwidarma dengan hafalan tanpa teks dan ditirukan oleh para Siaga. Namun
dibeberapa daerah ada juga yang membaca dari teks yang diserahkan oleh pembina
kepada Pin-up.
Setelah pembina membaca Pancasila, ia
meletakkan teks Pancasila, kemudian mengambil teks Dwidarma, dan menyerahkannya
pada Pin-up.
Ketika Dwidarma dibacakan, oleh Pin-up,
peserta mengucap ulang, tetapi dengan mengganti kata “SIAGA ITU” dengan “KAMI”.
Misalnya ketika pin-up ,membaca: “ SIAGA ITU PATUH PADA AYAH DAN IBUNDANYA”
maka peserta mengucapkan : “KAMI PATUH PADA AYAH DAN IBUNDA KAMI”. Dan ketika
dibacakan : “SIAGA ITU BERANI DAN TIDAK PUTUS ASA”, maka para siaga berkata “
KAMI BERANI DAN TIDAK PUTUS ASA”.
j.
Pemimpin Upacara kembali ke barungnya.
Selanjutnya Pin-up diperintahkan kembali
ke barungnya. Pembina dapat mengatakan : “pin-up/Sulung silakan kembali ke
barungmu!”. Pin-up/sulung cukup menjawab ; “siap”. Dan kemudian Pin-up balik
kanan, kemudian maju dengan langkah biasa menuju barungnya. Oleh karena itu
dibiasakan agar barung pin-up berada tepat dibelakang pin-up.
k.
Pembina Upacara (Pembina Siaga) mengumumkan hal-hal yang perlu diketahui oleh
anggota perindukan.
Pada kesempatan ini pembina upacara
menyampaikan pengumuman, biasa dimulai dengan mukaddimah berupa salam, tepuk
pramuka-siaga, ucapan syukur. Selanjutnya isi pengumuman, misalnya mengenai
rencana latihan hari itu agar menarik hati para siaga, memberikan motivasi dan
sebagainya diakhiri dengan ucapan penyemangat, terima kasih pada semua dan
salam.
l.
Pembina Upacara (Pembina Siaga) mengucapkan doa yang diikuti oleh anggota
perindukan.
Pembina kemudian mengajak berdo’a semua
peserta. Bagi perindukan yang peserta upacaranya (pembina dan peserta didiknya)sama
agamanya, dianjurkan dengan berdoa yang bisa ditirukan oleh peserta didik.
Penulis tidak menganjurkan peserta hanya
menyebut “aamiin” ketika pembinanya berdo’a, karena biasanya akan membuat
berdoa kurang khidmat dengan sahutan “aamiin” yang kurang tertib.
Namun jikalau dalam perindukan ada yang
berbeda agama, penulis anjurkan berdoa dalam hati masing-masing, pembina upacara
dapat menyebut : “BERDOA DALAM HATI MASING-MASING, MULAI!”. Dan jika sudah
cukup, mengakhiri dengan kata : “SELESAI!”.
Setelah
selesai berdo’a Pembina Upacara kemudian menyebut “UPACARA SELESAI!”
Sebelum pembina upacara menyebut: “UPACARA
SELESAI”, sebaiknya ditempat lain
Pembantu pembina sudah siap untuk memulai permainan. Maka ketika sudah dinyatakan
upacara selesai, para siaga kemudian “dikejutkan” dengan panggilan aba-aba
kumpul memulai kegiatan permainan.
Cukup dengan teriakkan... “SIAGAAAAA!”,
maka para siaga menjawab “SIAPPP!” dan mereka berlari segera menghadap ke
pemanggil. Maka kegiatan dilanjutkan dengan permainan-acara berikutnya.
Dalam suatu upacara besar, jika Upacara
Pembukaan latihan ini dijadikan “style”nya, maka yang berwenang adalah pengatur upacara
seizin-sepengetahuan Pembina Upacara, karena itu jika ada perbedaan disilakan
sesuai kepentingan dan kebutuhan Perbedaan
teknis mungkin kita akan temui, yang penting pokok-pokoknya tidak ditiadakan.
No comments:
Post a Comment
Silakan komentar Anda tulis disini.