Assalamu’alaikum pembaca!
Alhamdulillah saat ini Alloh SWT masih
memperkenankan kita bertemu lagi di blog sederhana ini, semoga memberi manfaat
bagi kehidupan kita.
Saat ini saya akan
mengupas “wawancara” dalam penelitian.
Saya membahas wawancara dilatarbelakangi oleh kesibukan saya beberapa hari
ini. Tidak terasa kurang lebih 2 (dua) minggu ini, saya membantu teman mencari
bahan tulisan mengenai penelitian. Dalam metode penelitian terutama dalam
pendekatan kualitatif nampak sekali pentingnya wawancara. Disamping metode observasi
dan studi dokumentasi, wawancara sangat
diandalkan. Maka sepantasnya mahasiswa yang akan melakukan penelitian memiliki
kecakapan wawancara baik secara teoritis, maupun praktis.
Tulisan ini, ingin
berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.
Apakah wawancara itu?
2.
Apa saja jenis-jenis wawancara itu?
3.
Bagaimana menyiapkan sebuah wawancara agar
berhasil dan berdaya guna?
4.
Bagaimana sikap pewawancara yang baik?
5.
Apa yang harus dilakukan selama wawancara?
6.
Bagaimana mengakhiri wawancara dengan baik?
Tujuan penulisan ini, tentunya ingin
memberikan informasi kepada pembaca, khususnya bagi para mahasiswa yang
sedang bergelut dengan tugas akhir akademik, mengenai seluk beluk wawancara
dalam sebuah penelitian. Penulis mengharapkan, secara teoretis tulisan ini akan
menambah wawasan dan bisa menjadi acuan dalam penelitian. Secara praktis dapat
dipraktekan pada pelaksanaan wawancara. Kekurangan dan kelebihan akan ditemukan
ketika kita memanfaatkan ilmu yang sudah kita dapatkan. Semoga bermanfaat.
Wawancara
Wawancara atau juga disebut interview,
adalah sebuah bentuk atau cara mendapatkan informasi dan data, dengan cara
tanya jawab terhadap obyek penelitian atau orang yang dianggap mengetahui
tentang masalah yang diteliti. Wawancara merupakan salah satu bagian yang
terpenting dari setiap survai (Slamet, 2004, hal. 44). Tanpa wawancara
seorang peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh melalui
jalan bertanya kepada responden (orang
yang dianggap mengerti tentang obyek penelitian). Metode wawancara sangat cocok
diterapkan dalam penelitian sosial, walaupun tidak tertutup kemungkinan
penelitian IPA dan Teknologi juga menggunakan metode ini.
Keakuratan data yang diperoleh dengan cara ini tergantung dari
pewawancara, responden, topik pembicaraan, dan situasi saat wawancara
berlangsung. Disinilah peneliti perlu mengetahui jenis-jenis wawancara. Menurut
Slamet (2004, hal.
45)
jenis-jenis wawancara dapat dibagi sebagai berikut:
1.
Information
Interview
Yaitu inteview untuk meminta keterangan –keterangan mengenai
sesuatu yang diketahui oleh orang yang diwawancarai.
2.
Opinion
Interview
Yaitu interview untuk meminta pendapat atau pandangan
kepada orang yang diwawancarai.
3.
Feature
Interview
Yaitu interview
untuk mengetahui cita-cita dan pengalaman orang yang diwawancarai.
Persiapan
Wawancara
Agar berhasil baik
wawancara perlu dibuatkan pedoman atau langkah-langkahnya. Berikut ini adalah
langkah-langkah sebaiknya dilakukan:
1.
Membuat koesioner/ daftar pertanyaan
2.
Menyiapkan perlengkapan
3.
Memilih Responden
Dalam membuat
koesioner, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
1.
Siapkan rancangan “presentasi” singkat mengenai
tujuan umum penelitian, arti penting dan keuntungan yang bisa diperoleh dari wawancara, bahkan jika ada keuntungan dari
responden dengan wawancar tersebut. Nyatakan agar pertanyaan dijawab dengan
sejujur-jujurnya.
2.
Gunakan tujuan penelitian / tujuan studi sebagai
penuntun dalam menyusun kuesioner.
3.
Bagilah instrumen kepada fase-fase yang berbeda menurut
tujuan atau sasaran yang berbeda untuk mempermudah analisa datanya.
4.
Pilah dan pilih pertanyaan dengan memperhatikan
kemungkinan respon dari responden. Hindarkan pertanyaan-pertanyaan yang
diperkirakan responden tidak mengetahuinya. Jangan lupa, hindari pertanyaan
yang membutuhkan waktu lama berfikir karena sesuatu hal atau kejadian yang
terlampau di luar ingatan untuk menjawab dengan tepat. Hindarkan pula dari pertanyaan yang kabur
(bias/sulit dimengerti), gunakan kalimat yang singkat dan jelas. Hindarkan pula
pertanyaan yang mengarahkan pada jawaban tertentu, yang “memaksa” responden
menjawabnya.
5.
Gunakan kata-kata yang sederhana, singkat, dan
jelas agar mudah dipahami responden. Upayakan selalu menggunakan kata yang
halus, menyenangkan, dan komunikatif sehingga responden tetap nyaman dalam
wawancara.
Selain kuesioner,
tidak kalah pentingnya adalah tersedianya perlengkapan wawancara yang
dibutuhkan. Diantara yang penting adalah perlengkapan berikut ini:
1.
Identitas diri
2.
Surat izin jika dibutuhkan
3.
Alat-alat tulis
4.
Alam rekam suara/gambar ( tape recorder , kamera, handycam
).
5.
Alat transportasi
Seperti yang sudah disampikan diatas, yang ketiga yang perlu disiapkan
dalam sebuah wawancara adalah responden. Responden perlu dipilih yang
mengetahui permasalahan yang sedang
diteliti. Sangat disayangkan jauh-jauh,
dan berlama-lama kita melakukan wawancara jika tidak mendapatkan informasi yang
dibutuhkan.
Disamping itu responden perlu diperhatikan latar belakangnya, misalnya
latar belakang pendidikan dan sosialnya, sehingga wawancara berlangsung secara
komunikatif.
Untuk menghasilkan kesimpulan yang baik, sangat dianjurkan wawancara tidak hanya dilakukan pada seorang responden saja, namun kepada
responden yang lain. Untuk hal ini, bisa saja dipilih responden yang memiliki
karakteristik yang berbeda, yang penting responden mengetahui permasalahan yang
diteliti.
BERSAMBUNG
Bibliography
Slamet. (2004). Bimbingan
Penelitian Memahami Cara Kerja Para Imuwan. Jakarta: PT Mitra Cendekia.
No comments:
Post a Comment
Silakan komentar Anda tulis disini.