Motto IRWAN MAULANA

" MUN TEU NGARAH MOAL NGARIH, MUN TEU NGAKAL MOAL NGAKEUL ".

Tuesday, June 28, 2016

APA SIH KEPEMIMPINAN ITU?


Assalamu’alaikum Wr wb,

Selamat berjumpa kembali....para pembaca.
Edisi ini saya akan menyajikan materi sanlat, sehubungan saya mendapat kesempatan menjadi pemateri dalam kegiatan ini. Memang sudah cukup lama saya tidak terlibat dalam kegiatan seperti ini. Padahal dulu ketika masih aktif sebagai pengurus DPD BKPRMI Kabupaten Cianjur, hari-hari di bulan Romadhon setiap tahun menjadi kesibukan tersendiri yang cukup mengasyikan di Masjid Agung Cianjur.

Pembaca, Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia yang disingkat BKPRMI merupakan organisasi yang menyiapkan kader-kader pemimpin ummat. Kader-kader muslim dalam dakwah dan  kemasjidan di bumi Alloh ini....Indonesia.

DPD BKPRMI Kabupaten Cianjur, di bulan Ramadhan 1437 H ini menyelenggarakan kegiatan Pesantren Kilat dengan nama Pesan Kirama yang diselenggarakan sejak 27  Juni 2016 hingga  02 Juli 2016. Kegiatan ini, meliputi  3 (tiga) jenjang yaitu untuk santri berasal dari SD/MI, SMP/MTs, dan SLTA dan Umum. Salah satu materi yang disajikan di jenjang SLTA dan Umum sebagaimana silabus yang ditetapkan yaitu :Kepemimpinan.

Saya sajikan tulisan ini dengan copas dari berbagai sumber dan mengeditnya disesuaikan dengan kebutuhan dan format yang diminta oleh panitia kegiatan.

Oke..Bismillahirrohmanirrohim....mari kita mulai....!


II. MATERI KEPEMIMPINAN

2.1.        PENGERTIAN PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN

Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.

Istilah pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang
sama "pimpin".  Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.

Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin.
Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan "pemimpin".

Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181).

Pemimpin jika dialihbahasakan ke bahasa Inggris menjadi "LEADER", yang mempunyai tugas untuk me-LEAD anggota disekitarnya. Sedangkan makna LEAD adalah :
1.           Loyality, seorang pemimpin harus mampu membangkitkan loyalitas rekan kerjanya dan memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
2.           Educate, seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan knowledge pada rekan-rekannya.
3.           Advice, memberikan saran dan nasehat dari permasalahan yang ada
4.           Discipline, memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan dalam setiap aktivitasnya.

Tugas Pemimpin
Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
1. Pemimpin bekerja dengan orang lain : Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organjsasi sebaik orang diluar organisasi.
2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas):Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas : Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin hanya dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual : Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadf lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
5. Pemimpin  adalah Manajer yaitu forcing mediator : Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).
6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat: Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit : Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.


Kriteria Seorang Pemimpin
Pimpinan yang dapat dikatakan sebagai pemimpin setidaknya memenuhi beberapa kriteria,yaitu :
1. Pengaruh : Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang yang mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan. Pengaruh ini menjadikan sang pemimpin diikuti dan membuat orang lain tunduk pada apa yang dikatakan sang pemimpin. John C. Maxwell, penulis buku-buku kepemimpinan pernah berkata: Leadership is Influence (Kepemimpinan adalah soal pengaruh). Mother Teresa dan Lady Diana adalah contoh kriteria seorang pemimpin yang punya pengaruh.
2. Kekuasaan/power : Seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena dia memiliki kekuasaan/power yang membuat orang lain menghargai keberadaannya. Tanpa kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki sang pemimpin, tentunya tidak ada orang yang mau menjadi pendukungnya. Kekuasaan/kekuatan yang dimiliki sang pemimpin ini menjadikan orang lain akan tergantung pada apa yang dimiliki sang pemimpin, tanpa itu mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Hubungan ini menjadikan hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme, dimana kedua belah pihak sama-sama saling diuntungkan.
3. Wewenang : Wewenang di sini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan kepada pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu hal/kebijakan. Wewenang di sini juga dapat dialihkan kepada bawahan oleh pimpinan apabila sang pemimpin percaya bahwa bawahan tersebut mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik, sehingga bawahan diberi kepercayaan untuk melaksanakan tanpa perlu campur tangan dari sang pemimpin.
4. Pengikut : Seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaaan/power, dan wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak memiliki pengikut yang berada di belakangnya yang memberi dukungan dan mengikuti apa yang dikatakan sang pemimpin. Tanpa adanya pengikut maka pemimpin tidak akan ada. Pemimpin dan pengikut adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat berdiri sendiri.

Pemimpin Sejati
Empat Kriteria Pemimpin Sejati yaitu:
1. Visioner: Punyai tujuan pasti dan jelas serta tahu kemana akan membawa para pengikutnya. Tujuan Hidup Anda adalah Poros Hidup Anda. Andy Stanley dalam bukunya Visioneering, melihat pemimpin yang punya visi dan arah yang jelas, kemungkinan berhasil/sukses lebih besar daripada mereka yang hanya menjalankan sebuah kepemimpinan.
2. Sukses Bersama: Membawa sebanyak mungkin pengikutnya untuk sukses bersamanya. Pemimpin sejati bukanlah mencari sukses atau keuntungan hanya bag) dirinya sendiri,namun ia tidak kuatir dan takut serta malah terbuka untuk mendorong orang-orang yang dipimpin bersama-sama dirinya meraih kesuksesan bersama.
3. Mau Terus Menerus Belajar dan Diajar (Teachable and Learn continuous): Banyak hal yang harus dipela ari oleh seorang pemimpin jika ia mau terus survive sebagai pemimpin dan dihargai oleh para pengikutnya. Punya hati yang mau diajar baik oleh pemimpin lain ataupun bawahan dan belajar dari pengalaman-diri dan orang-orang lain adalah penting bagi seorang Pemimpin. Memperlengkapi diri dengan buku-buku bermutu dan bacaan/bahan yang positif juga bergaul akrab dengan para Pemimpin akan mendorong Skill kepemimpinan akan meningkat.
4. Mempersiapkan Calon-calon Pemimpin Masa depan: Pemimpin Sejati bukanlah orang yang hanya menikmati dan melaksanakan kepemimpinannya seorang diri bagi generasi atau saat dia memimpin saja. Namun, lebih dari itu, dia adalah seorang yang visioner yang mempersiapkan pemimpin berikutnya untuk regenerasi di masa depan. Pemimpin yang mempersiapkan pemimpin berikutnya barulah dapat disebut seorang Pemimpin Sejati. Di bidang apapun dalam berbagai aspek kehidupan ini, seorang Pemimpin sejati pasti dikatakan Sukses jika ia mampu menelorkan para pemimpin muda lainnya.

Persyaratan Pemimpin
Di dalam Islam seorang pemimpin haruslah mempunyai sifat:
1. SIDDIQ artinya jujur, benar, berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan
2. FATHONAH artinya cerdas, memiliki intelektualitas tinggi dan professional
3. AMANAH artinya dapat dipercaya, memiliki legitimasi dan akuntabel
4. TABLIGH artinya senantiasa menyammpaikan risalah kebenaran, tidak pernah menyembunyikan apa yang wajib disampaikan, dan komunikatif.



Pengertian Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123). Sedangkan menurut Robbins (2002:163) Kepemimpian adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1991:26) Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.

Dari pengertian diatas kepemimpinan mengandung beberapa unsur pokok antara lain:
1) Kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi,
2) Di dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin, dan
3) Adanya tujuan bersama yang harus dicapai.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.

Beberapa pendapat ahli mengenai Kepemimipinan :
1. Menurut John Piffner, Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki  (H. Abu Ahmadi, 1999:124-125)
2. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti Kepemimpinan) pada erjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281)
4. Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. (Slamet, 2002: 29)
5. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7)
6. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 29)
7. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123).
8. Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa. ( Ngalim Purwanto ,1991:26)

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengafuhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang positif dalam usaha mencapai tujuan.

Faktor-faktor penting yang terdapat dalam pengertian kepemimpinan:
1. Pendayagunaan Pengaruh
2. Hubungan Antar Manusia
3. Proses Komunikasi dan
4. Pencapaian Suatu Tujuan.

Unsur-Unsur Mendasar
Unsur-unsur yang mendasari kepemimpinan dari defmisi-defmisi yang dikemukakan di atas, adalah:
1. Kemampuan mempengaruhi orang lain (kelompok/bawahan).
2. Kemampuan mengarahkan atau memotivasi tingkah laku orang lain atau kelompok.
3. Adanya unsur kerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Prinsip-Prinsip Dasar Kepemimpinan
Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:
1. Seorang yang belajar seumur hidup : Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, beJajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan : Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpjn dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
3. Membawa energi yang positif : Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin hams dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti;

a. Percaya pada orang lain : Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
b. Keseimbangan dalam kehidupan : Seorang pemimpin haras dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.
c. Melihat kehidupan sebagai tantangan : Kata 'tantangan' sering diinterpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
d. Sinergi : Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan, Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang, atasan, staf, teman sekerja.
e. Latihan mengembangkan diri sendiri : Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses.
Proses dalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan:
1) pemahaman materi;
2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman;
3) mengajar materi kepada orang lain;
4) mengaplikasikan prinsip-prinsip;
5) memonitoring hasil;
6) merefleksikan kepada hasil;
7) menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi;
8) pemahaman baru; dan
9) kembali menjadi diri sendiri lagi.


2.2.        TUGAS DAN FUNGSI SEORANG PEMIMPIN

Tugas Pemimpin
Dalam sejarah kepemimpinan Islam banyak istilah yang dipakai untuk menyebut seorang pemimpin. Istilah yang dipakai itu sebenarnya mencerminkan tugas yang seharusnya dijalankan oleh seorang pemimpin. Istilah itu diantaranya :

KHALIFAH, secara  etimologis berarti pengganti atau pelanjut, dan yang dimaksud adalah pengganti dan pelanjut tugas-tugas Rasulullah SAW. Dalam melestarikan nilai nilai agama dan dalam mengatur  kehidupan dunia. Maka dengan demikian tugas kepemimpinan dalam Islam adalah  melanjutkan tugas tugas risalah yang diemban Rasulullah.

. Sebagaimana yang tertera dalam, QS. Al-Baqarah: 2 ayat 30.



( Artinya: ”Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para Malaikat:”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi”. (QS. Al-Baqarah: (2) ayat 30).11

Kepemimpinan dalam artian khilafah berasal dari kata khalafa yang mempunyai makna pimpin sedangkan khalifah berarti pemimpin (penguasa), sebagaimana yang terdapat dalam, QS. Shad: 38 ayat 26.




Artinya: ”Hai Daud sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan dalil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah." ( QS. Shad: (38) 26).17

Menurut Ibnu Katsir, Imam Al-Qurthubi dan ulama’ yang lain telah menjadikan ayat ini sebagai dalil wajibnya menegakkan khilafah untuk menyelesaikan dan memutuskan pertentangan antara manusia, menolong orang yang teraniaya, menegakkan hukum Islam, mencegah merajalelanya kejahatan dan masalah-masalah lain yang tidak dapat terselesaikan kecuali dengan adanya imam (pimpinan).


IMAM, secara etimologis  imam artinya yang diikuti dan dita`ati serta diteladani.Dalam salah satu Hadist Rasulullah bersabda :
انما جعل الامام ليؤتم به
Artinya: Sesungguhnya seseorang dijadikan imam itu untuk diikuti. Ini mengisyaratkan bahwa tugas  seorang peminpin itu untuk    diikuti dan ditaati.

Kata Imam merupakan masdar dari kata Amma-Ya’ummu yang berarti, menuju, menumpu atau meneladani. Dari akar kata yang sama, lahir juga kata yang antara lain adalah umm yang berarti Ibu dan imam yang maknanya juga pemimpin, karena keduanya menjadi teladan, tumpuan pandangan dan harapan. Ada juga yang berpendapat kata imam pada mulanya berarti cetakan seperti cetakan untuk membuat sesuatu yang serupa bentuknya dengan cetakan itu. Dari sini Imam diartikan teladan.

Kata Imam merupakan derivasi dari kata Amma-Ya’ummu yang berarti, menuju, menumpu atau meneladani sebagaimana yang terdapat dalam, QS. Al Furqan : 25 ayat 74.



 ( Artinya: ”Dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang betaqwa”. (QS. Al Furqan: (25) ayat 74)


AMIER, secara bahasa amier artinya adalah yang diperintah atau disuruh. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh Umar bin Khaththab RA. Ini menggambarkan bahwa seorang pemimpin itu adalah orang yang siap diperintah dan disuruh oleh umat, demi kepentingan mereka. Oleh karena itu tugas seorang pemimpin  dalam Islam adalah melayani ummat bukan yang dilayani oleh ummat. Rasulullah mengatakan :
سيد القوم خادمهم
Artinya: Pemimpin suatu kaum itu adalah pelayan mereka.

RA`IN, arti bahasanya adalah pengembala, tugas seorang pengembala adalah menjaga, merawat dan memberi perhatian yang penuh kepada yang digembalanya, dan itulah tugas seorang pemimpin terhadap siapa yang dipimpinnya.

Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim:

عن قتيبة بن سعيد حدثنا ليث وحدثنا محمد ابن رمح حدثنا الليث عن نافع عن ابن عمر عن النبى صلعم قال الا كلكم راع وكلكم مسؤل عن راعيته فالامير الذي على الناس راع وهو مسؤل عن راعيته
 ((رواه البخا رى مسلم

Artinya: ”Dari Qutiabah bin Said dari Laits, Saya juga di ceritai oleh Muhammad bin Ramah dari laits dari Nafi dari Ibn Umar bahwa Rasullulah SAW berkata: “Ingatlah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya, penguasa adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).


Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam Islam memiliki fungsi, baik yang bersifat  strategis maupun yang  bersifat  operasional.

Fungsi strategisnya pemimpin itu sebagai :
1.  Fasilitator yang membantu tercapainya sasaran dan tujuan jamaah.
2.  Dinamisator yang menggerakan dan  memotori jama`ah menuju sasaran yang ingin dicapai.
3.  Moral force, atau kekuatan moral yang mampu  menjaga kohesi jama`ah dan menyelesaikan konflik serta perselisihan yang mungkin terjadi di dalam jama`ah.

Sedang fungsi operasionalnya pemimpin itu sebagai :
1.  Organisator yang mengorganisir dan mengatur relasi dan keterikatan antar individu atau kelompok yang ada dalam jamaah.
2.  Manajer, yang memenej  berbagai potensi yang ada dalam jama`ah untuk kemudian dimanfaatkan untuk mencapai tujuan jamaah.
3.  Administrator yang menata, menjaga,mengevaluasi hasi-l hasil yang sudah dicapai oleh jamaah. untuk mencapai tujuan yang lebih jauh lagi.


2.3.        CORAK KEPEMIMPINAN

Jenis dan Macam Gaya Kepemimpinan

1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.

3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire

Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.


Tipe-Tipe Kepemimpinan
Yang dimaksud dengan tipe kepemimpinan adalah gaya atau corak kepemimpinan yang dibawakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Gaya seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor pendidikan, faktor pengalaman, faktor usia, dan faktor karakter, tabiat atau sifat yang ada pada diri pemimpin tersebut. Orang yang ambisius untuk menguasai setiap situasi, apabila menjadi pemimpin akan bersifat otoriter. Orang yang mempunyai sifat kebapakan, apabila menjadi pemimpin akan menjalankan kepemimpinan yang bertipe paternalistik. Pemimpin yang tidak menguasai bidang tugas yang menjadi wewenangnya akan menyerahkan segala sesuatunya kepada para bawahan, sehingga gaya kepemimpinannya bersifat laisser faire.

Dari berbagai literatur dapat ditemukan berbagai tipe kepemimpinan, anatara lain:
1)        Tipe Otokratis
Otokratis berasal dari kata otokrat, dari kata autos dan kratos. Autos berarti sendiri, dan kratos berarti kekuatan atau kekuasaan (power). Jadi kepemimpinan otokratis adalah kepemimpinan yang mendasarkan kepada suatu kekuasaan, kekuatan yang melekat pada dirinya. Hal ini berarti seseorang menjadi pemimpin karena mempunyai kekuatan atau kekuasaan (power).
Ciri-ciri kepemimpinan yang bertipe otokratis antara lain:
a.    Mengandalkan kepada kekuatan atau kekuasaan yang melekat pada dirinya
b.    Menganggap dirinya yang paling berkuasa (kuasa tunggal)
c.    Menganggap dirinya paling mengetahui segala macam persoalan, orang lain dianggap tidak tahu.
d.   Keputusan-keputusan yang diambil secara sepihak, tidak mengenal kompromi, sehingga ia tidak mau menerima saran dari bawahan. Ia bahkan tidak memeberi kesempatan kepada bawahan untuk memberikan saran, pendapat atau ide.
e.    Keras dalam mempertahankan prinsip.
f.     Jauh dari para bawahan.
g.    Lebih menyukai bawahan yang bersikap “yesman”, “abs” (asal bapak senang).
h.    Perintah-perintah diberikan secara paksa.
i.     Pengawasan dilakukan secara ketat agar perintah benar-benar dilaksanakan.

2)        Tipe Laisser Faire
Seperti telah diuraikan diatas, tipe laisser faire pada umumnya dijalankan oleh pemimpin yang tidak mempunyai keahlian teknis. Tipe laisser mempunya ciri-ciri antara lain:
a.    Memberikan kebebasan sepenuhnya kepada para bawahan untuk melakukan tindakan yang dianggap perlu sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
b.    Pimpinan tidak terlibat dalam kegiatan sehingga pemimpin tidak ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok.
c.    Semua pekerjaan dan tanggungjawab dilimpahkan kepada bawahan.
d.   Tidak mampu mengadakan koordinasi dan pengawasan yang baik.
e.    Tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi disegani oleh bawahan.
f.     Secara praktis pemimpin tidak menjalankan kepemimpinan sehingga ia hanya merupakan simbol belaka.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, pemimpin dengan tipe laisser faire bukanlah pemimpin dalam arti sebenarnya. Seorang pemimpin dengan cara apapun diharapkan dapat menggerakkan bawahan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Cara yang terbaik ialah mempengaruhi, bukan dengan menakut-nakuti.

3)       Tipe Paternalistik
Tipe peternalistik adalah tipe kepemimpinan yang bersifat kebapakan. Pemimpin bertindak sebagai seorang bapak yang selalu memberikan perlindungan kepada para bawahan dalam batas-batas kewajaran.
Ciri-ciri tipe paternalistik antara lain:
a.   Pemimpin bertidak sebagai seorang bapak.
b.   Memperlakukan bawahan sebagai orang yang belum dewasa.
c.   Selalu memberikan perlindungan kepada para bawahan yang kadang-kadang terlalu berlebihan.
d.   Keputusan ada ditangan pemimpin, bukan karena pemimpin ingin bertindak secara otoriter, tetapi karena keinginan dari pihak pimpinan yang ingin selalu memberi kemudahan kepada bawahan. Oleh karena itu para bawahan jarang-jarang bahkan sama sekali tidak memberikan saran kepada pimpinan. Pihak pimpinanpun jarang meminta saran dari bawahan.
e.  Karena keputusan ada ditangan pimpinan, maka pimpinan menganggap dirinya yang paling mengetahui segala macam persoalan.

4)       Tipe Militeristis
Tipe Militeristis tidak hanya terdapat dikalangan militer saja. Tetapi banyak pemimpin instansi (non-militer) yang menerapkan kepemimpinan dengan tipe militeristis. Tipe militeristis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Dalam mengadakan komunikasi, lebih banyak mempergunakan saluran formal.
b.    Dalam menggerakkan bawahan lebih banyak menggunakan sistem komando/perintah, baik perintah itu secara lisan maupun secara tertulis.
c.    Segala sesuatu bersifat formal
d.    Disiplin yang tinggi, kadang-kadang bersifat kaku.
e.    Karena segala sesuatunya melalui perintah, maka komunikasi hanya berlangsung satu arah sehingga bawahan tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat.
f.     Pimpinan menghendaki bawahan tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat.
g.    Pimpinan menghendaki bawahan patuh terhadap semua perintah yang diberikannya.

5)       Tipe Demokratis
Tipe demokratis jauh berbeda dengan tipe-tipe yang telah kita bicarakan. Pemimpin yang bertipe demokratis selalu berada di tengah-tengah para bawahan sehingga ia terlibat dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi.
Kepemimpinan dengan tipe demokratis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi.
b.    Bersifat terbuka.
c.    Bawahan diberi kesempatan untuk memberikan saran-saran, ide-ide baru
d.    Dalam mengambil keputusan lebih mengutamakan musyawarah untuk mufakat, daripada keputusan yang bersifat sepihak. Apabila musyawarah untuk mufakat tidak berhasil maka ditempuh dengan jalan lain yang sesuai dengan alam demokratis, misalnya secara votimg.
e.    Menghargai potensi setiap individu.
f.     Berlangsung dengan mantap. Kemantapan kepemimpinan demokratis dapat dilihat dalam hal-hal sebagai berikut:
•    Unit-unit organisasi berjalan lancar, melakukan kegiatan sesuai dengan fungsi masing-masing.
•    Otoritas didelegasikan kepada para bawahan.
•    Bawahan merasa senang, aman, tentram.
•    Semangat kerja bawahan tinggi, baik ada pimpinan maupun tidak ada pimpinan.
g.    Pimpinan sering turba (turun ke bawah) melakukan pembinaan dan penyuluhan, yang sekaligus melakukan pengamatan terhadap hasil yang telah dicapai, serta kelemahan-kelemahan atau kekurangan dan kesulitan yang dihadapi para bawahan.

6)       Tipe Open Leadership
Sebenarnya tipe open leadership hampir sama dengan tipe demokratis. Perbedaannya hanya terletak dalam hal pengambilan keputusan. Tipe demokratis lebih mengutamakan musyawarah untuk mufakat sehingga musyawarah dijadikan dasar keputusan. Hasil musyawarah menjadi keputusan pimpinan. Dalam hal ini berbeda dengan tipe open leadership. Pimpinan memang memberikan kesempatan kepada para bawahan untuk memeberikan saran, tetapi keputusan tetap ada ditangan pimpinan.

Teknik Kepemimpinan
Yang dimaksud dengan teknik kepemimpinan ialah dengan cara bagaimana seorang pemimpin menjalankan fungsi kepemimpinannya.
Teknik kepemimpinan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu teknik kepemimpinan secara umum, dan teknik kepemimpinan khusus. Teknik kepemimpinan secara umum adalah teknik kepemimpinan yang berlaku bagi setiap pemimpin, sedang teknik kepemimpinan khusus adalah teknik kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin yang memimpin suatu bidang tertentu. Teknik kepemimpinan khusus akan dibicarakan lebih lanjut dalam uraian tentang kepemimpinan staf.

Teknik kepemimpinan pada umumnya terdiri dari: (1) teknik kepengikutan, (2) teknik human relationship, dan (3) teknik pemberian teladan, semangat dan dorongan.

1)       Teknik Kepengikutan
Teknik kepengikutan adalah teknik untuk membuat orang-orang suka mengikuti apa yang menjadi kehendak si pemimpin. Ada beberapa sebab mengapa seseorang mau menjadi pengikut, yaitu:
•     Kepengikutan karena peraturan/hukum yang berlaku.
•     Kepengikutan karena agama.
•     Kepengikutan karena tradisi atau naluri, dan
•     Kepengikutan karena rasio.
             
Teknik kepengikutan dapat dijalankan dengan penerangan dan propaganda.
a.  Teknik Penerangan ialah dengan cara memberikan fakta-fakta yang objektif. Fakta disebut objektif bila fakta-fakta itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, jelas sumbernya, dan tidak bermaksud mengelabuhi para pengikut untuk menutupi kesalahan pemimpin. Supaya fakta itu jelas dan berguna maka fakta-fakta itu harus disampaikan tepat pada waktunya dan disajikan dalam bentuk yang dapat dengan mudah dan cepat dimengerti. Penyajian fakta-fakta yang demikian diharapkan akan dapat menimbulkan kesadaraan dan kepuasaan di kalangan para bawahan sehingga mereka kemudian dengan sukarela mengikuti.

b.   Teknik Propaganda. Teknik propaganda berbeda dengan teknik penerangan. Dalam teknik penerangan pemimpin berusaha untuk memberika pengertian dan kesadaraan kepada para bawahan sehingga mereka menjadi pengikut berdasarkan atas kesadaraan.Dalam propaganda, seseorang menjadi pengikut karena merasa terpaksa dan takut. Propaganda merupakan suatu cara mengubah pikiran orang lain supaya menjadi pengikut dengan cara-cara yang bersifat negatif, misalnya dengan intimidasi, ancaman, menakut-nakuti, dan dengan paksaan.

2)    Teknik Human Relationship
Human relationship merupakan hubungan kemanusiaan yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan, baik kepuasan jasmaniah ataupun ruhaniah. Karena human relations bertujuan untuk mendapatkan kepuasan, teknik human relations dapat dilakukan dengan memberikan berbagai macam kebutuhan kepada para bawahan, baik kepuasan psikologis, maupun kepuasan jasmaniah.

3)    Teknik Memberi Teladan, Semangat dan Dorongan
Dengan teknik ini seorang pemimpin menempatkan diri sebagai pemberi teladan, pemberi semangat, dan sebagai pemberi dorongan. Cara ini dapat dilaksanakan apabila pemimpin berpegangan kepada filsafat: Hing ngarsa sung tulada, hing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Dengan cara demikian diharapkan dapat memberikan pengertian dan kesadaraan kepada para bawahan sehingga mereka mau dan suka mengikuti apa yang menjadi kehendak pemimpin.

Karakteristik Pemimpin Efektif
Seorang pemimpin akan efektif dalam menjalankan tugasnya  apabila memenuhi karakteristik berikut ini :

1.       Memiliki sasaran yang jelas dan yakin bahwa dirinya mampu melaksanakan. Keyakinan itu kemudian  ditranformasikan kepada orang yang dipimpinnya. Dengan memperlihatkan kepada mereka usaha dan motivasi yang kuat secara kontinu  mereka akan  tambah semangat, yang akhirnya   produktivitas kerja jamaah semakin meningkat.

2.       Tenang dan mampu menahan diri, apapun yang dihadapi seorang pemimpin, dia harus tenang dan menahan diri, hal ini dicontohkan oleh Abu Bakar RA. ketika mendengar wafatnya Rasulullah SAW.  Beliau segera mendatangi rumah Rasulullah SAW. Dan membuka tabir yang menutup wajahnya lalu menciumnya sambi berkata :” Alangkah indahnya kematianmu, sama seperti keindahan hidupmu”. lalu ditutup lagi wajahnya, kemudian beliau keluar menemui orang-orang  dan menyampaikan pidato:” Wahai sekalian manusia, barang siapa yang menyembah Muhammad maka sesungguhnya beliau sudah meninggal dunia, dan barang siapa yang menyembah Allah , maka sesunggguhnya Allah maha Hidup dan tidak pernah mati.”  lalu beliau membacakan Ayat Al-Qur`an :

وما محمد الا رسول قد خلت من قبله الرسل أفان مات أو قتل انقلبتم على أعقابكم ومن ينقلب على عقبيه فلن يضر الله شيئا و سيجزى الله الشاكرين

Artinya: Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu  sebelumnya  beberapa Rasul, apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang ( Murtad ) barang siapa yang berbalik ke belakang maka dia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun dan Allah  akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. ( Ali Imron : 144 )

3.       Bertanggung jawab, artinya seorang pemimpin harus merasa bahwa apa yang diembannya itu adalah amanah dari Allah dan dari ummat, sehingga  mendorongnya untuk melaksanakan kepemimpinannya dengan baik. Karakteristik ini akan memberikan  kontribusi keyakinan kepada ummat yang dipimpinnya akan kemampuan pimpinanya dan menciptakan wibawa pada ummat, yang kemudian mengantarkanya sebagai top figure dan moral force di tengah-tengah masyarakat yang dipimpinnya.

4.       Mengenali staf dan anggotanya, hal ini karena akan memberi pengaruh yang sangat besar pada penciptaan keselarasan dalam bekerjasama dan akan memberikan motivasi kepada anggotanya  untuk bekerja lebih baik dan berinovasi. Mengenali staf dan anggota akan memudahkan mengontrol pekerjaan mereka dari dekat dan mengetahui fakta secara langsung. Mengenali mereka juga akan menciptakan keterbukaan dan transparansi antara pemimpin dan yang dipimpin. Umar bin Khaththab RA selalu memperhatikan bawahannya dan berwasiat kepada para pemimpin :” Janganlah anda mendorong kaum muslimin untuk maju menuju kehancuran demi mengharap harta rampasan. Dan janganlah anda memberikan kepada mereka satu kedudukan sebelum anda mengeksplorasinya. Untuk mereka dan mengetahui sumbernya” (Ath-Thabari: 3/9)

5.       Cekatan dan inovatif ( Mubadarah dan ibdaa`i ). Artinya seorang pemimpin yang efektif harus cepat  dan tegas dalam mengambil tindakan ,karena keragu raguan dari seorang pemimpin akan berakibat tidak baik dan menciptakan kecemasan pada bawahannya.

6.       Memberi keteladanan dan contoh.Karakteristik ini telah memberikan pengaruh yang kuat pada efektifitas kepemimpinan seseorang. Diakui oleh sejarah bahwa keberhasilan kepemimpinan Rasulullah SAW. Terletak pada keteladanannya, bukan pada banyaknya instruksi. Sebuah hikmah mengatakan “ Barang siapa yang menginginkan jerih payah dan kerja yang serius dari bahannya maka ia harus menjadi contoh pertama dalam pekerjaannya.”


2.4.        AKHLAK PEMIMPIN

Kepemimpinan adalah pengaruh. Makin kuat kepemimpinan seseorang, akan makin kuat pula pengaruhnya. Begitu pula dengan Rasulullah. Lalu, pemimpin seperti apakah Rasulullah saw. sehingga pengaruhnya bisa menembus relung hati kita? Siang malam kita merindukan berjumpa dengan Beliau sehingga rela berdesak-desakan di raudhah (sebuah ruang dekat mimbar Masjid Nabawi di Madinah) sekalipun.
Jawaban dari semua itu ternyata, pertama, sebelum memimpin orang lain, Rasulullah saw. selalu mengawali dengan memimpin dirinya sendiri. Beliau pimpin matanya sehingga tidak melihat apa pun yang akan membusukkan hatinya. Rasulullah memimpin tutur katanya sehingga tidak pernah berbicara kecuali kata-kata benar, indah, dan padat akan makna. Rasulullah pun memimpin nafsunya, keinginannya, dan memimpin keluarganya dengan cara terbaik sehingga Beliau mampu memimpin umat dengan cara dan hasil yang terbaik pula. Sayang, kita sangat banyak menginginkan kedudukan, jabatan, dan kepemimpinan. Padahal, untuk memimpin diri sendiri saja kita sudah tidak sanggup. Itulah yang menyebabkan seorang pemimpin tersungkur menjadi hina. Tidak pernah ada seorang pemimpin jatuh karena orang lain. Seseorang hanya jatuh karena dirinya sendiri.
Kedua, Rasulullah saw. memperlihatkan kepemimpinannya tidak dengan banyak menyuruh atau melarang. Beliau memimpin dengan suri teladan yang baik. Pantaslah kalau keteladannya diabadikan dalam Alquran, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Q.S. Alahzab: 21). Dalam kehidupannya, Rasulullah saw. senantiasa melakukan terlebih dahulu apa yang ia perintahkan kepada orang lain. Keteladanan ini sangat penting karena sehebat apa pun yang kita katakan tidak akan berharga kecuali kalau perbuatan kita seimbang dengan kata-kata. Rasulullah tidak menyuruh orang lain sebelum menyuruh dirinya sendiri. Rasulullah tidak melarang sebelum melarang dirinya. Kata dan perbuatannya amat serasi sehingga setiap kata-kata diyakini kebenarannya. Efeknya, dakwah Beliau punya kekuatan ruhiah yang sangat dahsyat. Dalam Alquran Allah Azza wa Jalla berfirman, “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan” (QS Ashshaf: 3).
Ketiga, kepemimpinan Rasulullah tidak hanya menggunakan akal dan fisik, tetapi Beliau memimpin dengan kalbunya. Hati tidak akan pernah bisa disentuh kecuali dengan hati lagi. Dengan demikian, yang paling dibutuhkan oleh manusia adalah hati nurani, karena itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Rasulullah menabur cinta kepada sahabatnya sehingga setiap orang bisa merasakan tatapannya dengan penuh kasih sayang, tutur katanya yang rahmatan lil alaamiin, dan perilakunya yang amat menawan. Seorang pemimpin yang hatinya hidup akan selalu merindukan kebaikan, keselamatan, kebahagiaan bagi yang dipimpinnya. Sabda Rasulullah saw. “Sebaik-baik pemimpin kalian ialah yang kalian mencintainya dan dia mencintai kalian. Dia mendoakan kebaikan kalian dan kalian mendoakannya kebaikan. Sejelek-jelek pemimpin kalian ialah yang kalian membencinya dan ia membenci kalian. Kalian mengutuknya dan ia mengutuk kalian.” Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa berkhidmat dengan tulus dan menafkahkan jiwa raganya untuk kemaslahatan umat. Ia berkorban dengan mudah dan ringan karena merasa itulah kehormatan menjadi pemimpin, bukan mengorbankan orang lain. pemimpin memiliki kedudukan yang sangat penting, karenanya siapa saja yang menjadi pemimpin tidak boleh dan jangan sampai menyalahgunakan kepemimpinannya untuk hal-hall yang tidak benar

Disamping itu pemimpin harus memahami dan menyadari hal-hal berikut sebagai akhlak pemimpin yang merupakan  hakikat kepemimpinan dalam pandangan Islam yang secara garis besar dalam lima lingkup.
1.       Tanggung Jawab, Bukan Keistimewaan
Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga atau institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagai seorang pemimpin yang harus mampu mempertanggungjawabkannya,. Bukan hanya dihadapan manusia tapi juga dihadapan Allah Swt. Oleh karena itu, jabatan dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu keistimewaan sehingga seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain tidak mengistimewakan dirinya. Contoh lain, ketika Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang cemerlang datang ke sebuah pasar untuk mengetahui langsung keadaan pasar, maka ia datang sendirian dengan penampilan biasa, bahkan sangat sederhana sehingga ada yang menduga kalau ia seorang kuli panggul lalu orang itupun menyuruhnya untuk membawakan barang yang tak mampu dibawanya. Umar membawakan barang orang itu dengan maksud menolongnya, bukan untuk mendapatkan upah. Namun ditengah jalan, ada orang memanggilnya dengan panggilan yang mulia sehingga pemilik barang yang tidak begitu memperhatikannya menjadi memperhatikan siapa orang yang telah disuruhnya membawa barangnya. Setelah ia tahu bahwa Umar sang khalifah yang disuruhnya, iapun meminta maaf, namun Umar merasa hal itu bukanlah suatu kesalahan. Karena kepemimpinan itu tanggung jawab atau amanah yang tidak boleh disalahgunakan, maka pertanggungjawaban menjadi suatu kepastian, Rasulullah Saw bersabda: Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinan kamu (HR. Bukhari dan Muslim)

2.       Pengorbanan, Bukan Fasilitas
Menjadi pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit. Karenanya dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz sebelum menjadi khalifah menghabiskan dana untuk membeli pakaian yang harganya 400 dirham, tapi ketika ia menjadi khalifah ia hanya membeli pakaian yang harganya 10 dirham, hal ini ia lakukan karena kehidupan yang sederhana tidak hanya harus dihimbau, tapi harus dicontohkan langsung kepada masyarakatnya. Karena itu menjadi terasa aneh bila dalam anggaran belanja negara atau propinsi dan tingkatan yang dibawahnya terdapat anggaran dalam puluhan bahkan ratusan juta untuk membeli pakaian bagi para pejabat, padahal ia sudah mampu membeli pakaian dengan harga yang mahal sekalipun dengan uangnya sendiri sebelum ia menjadi pemimpin atau pejabat.

3.       Kerja Keras, Bukan Santai
Para pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya untuk Selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan optimisme. Saat menghadapi krisis ekonomi, Khalifah Umar bin Khattab membagikan sembako (bahan pangan) kepada rakyatnya. Meskipun sore hari ia sudah menerima laporan tentang pembagian yang merata, pada malam hari, saat masyarakat sudah mulai tidur, Umar mengecek langsung dengan mendatangi lorong-lorong kampung, Umar mendapati masih ada rakyatnya yang masuk batu sekedar untuk memberi harapan kepada anaknya yang menangis karena lapar akan kemungkinan mendapatkan makanan. Meskipun malam sudah semakin larut, Umar pulang ke rumahnya dan ternyata ia memanggul sendiri satu karung bahan makanan untuk diberikan kepada rakyatnya yang belum memperolehnya.

4.       Kewenangan Melayani, Bukan Sewenang-Wenang
Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin sebelumnya, Rasulullah Saw bersabda: Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka (HR. Abu Na’im) Oleh karena itu, setiap pemimpin harus memiliki visi dan misi pelayanan terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan hidup, ini berarti tidak ada keinginan sedikitpun untuk menzalimi rakyatnya apalagi menjual rakyat, berbicara atas nama rakyat atau kepentingan rakyat padahal sebenarnya untuk kepentingan diri, keluarga atau golongannya. Bila pemimpin seperti ini terdapat dalam kehidupan kita, maka ini adalah pengkhianat yang paling besar, Rasulullah Saw bersabda: Khianat yang paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya (HR. Thabrani).

5.       Keteladanan dan Kepeloporan, Bukan Pengekor
Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menunjukkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan bukan malah kemewahan. Masyarakat sangat menuntut adanya pemimpin yang bisa menjadi pelopor dan teladan dalam kebaikan dan kebenaran. Sebagai seorang pemimpin, Rasulullah Saw tunjukkan keteladanan dan kepeloporan dalam banyak peristiwa. Ketika Rasulullah Saw membangun masjid Nabawi di Madinah bersama para sahabatnya, beliau tidak hanya menyuruh dan mengatur atau tunjuk sana tunjuk sini, tapi beliau turun langsung mengerjakan hal-hal yang bersifat teknis sekalipun. Beliau membawa batu bata dari tempatnya ke lokasi pembangunan sehingga ketika para sahabat yang lebih muda dari beliau sudah mulai lelah dan beristirahat, Rasul masih terus saja membawanya meskipun ia juga nampak lelah. Karena itu seorang sahabat bermaksud mengambil batu yang dibawa oleh nabi agar ia yang membawanya, tapi nabi justeru menyatakan: “kalau kamu mau membawa batu bata, disana masih banyak batu yang bisa engkau bawa, yang ini biar tetap aku yang membawanya”. Karenanya para sahabat tetap dan terus bersemangat dalam proses penyelesaian pembangunan masjid Nabawi. selanjutnya kriteria apa saja yang dapat kita gunakan untuk menguji sudah sejauh mana kita mampu meniru gaya kepemimpinan Rasulullah SAW tersebut? Setiap masa kita selalu mendambakan seseorang yang menjadi panutan yang paling ideal bagi kita. Kita masih perlu belajar untuk mengevaluasi sudah sejauh mana kita mampu mengikuti jejak Rasulullah itu.

2.5.        MENGENAL POTENSI DIRI SEBAGAI PEMIMPIN

Syarat- Syarat Pemimpin
Mengingat tugas dan fungsi kepemimpinan di atas begitu komplek dan berat, maka untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan syarat-syarat tertentu supaya dapat merealisasikan tugas dan fungsinya itu.
Syarat-syarat itu diantaranya :
1.            Memiliki integritas moral yang tinggi ( amanah, shiddiq,  adil, sabar  )
2.            Memiliki kecerdasan  intelektual  ( fathanah, basthatan fil ilmi )
3.            Komunikatif dan interaktif dengan sesama. ( tabligh )
4.            Memiliki kecerdasan emosional dan kepekaan social (  azizun aaihi maa `anittum, harisun alaikum, ro`uf rahiem )
5.            Berpenampilan sempurna secara fisik ( basthatan fil jismi )
6.            Memiliki keberanian dan tanggung jawab.( syaja`ah dan sahamah.)
7.            Ditempa dan dilatih dengan pengalaman hidup yang panjang. ( tarbiyah dan tajribah `Aridhah )
8.            Dan lain-lainnya.


2.6.        PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN

BERBAKATKAH ANDA MENJADI PEMIMPIN?

Oke, kita coba lihat satu persatu:

1. Anda senang berhubungan dengan orang lain

Seorang pemimpin adalah seorang yang bekerja lebih banyak melalui hati. Bagi pemimpin sejati manusia jauh lebih penting daripada aturan. Mereka akan senang berhubungan dengan orang dan menggali informasi dari orang lain. Mereka senang bertemu orang baru dan cenderung akan cepat akrab

2. Anda seorang pendengar yang baik

Bila anda mempunyai kualitas ini maka anda adalah seorang pemimpin yang luar biasa. Pemimpin yang hebat dikenal dari banyaknya dia mendengar dan bukan dari banyaknya dia berbicara. Anda berbakat menjadi pemimpin jika anda mau menjadi pendengar yang baik dan setelah anda mendengar dari orang lain sebanyak-banyaknya, barulah anda berbicara dan mengambil kesimpulan

3. Anda bukan orang yang cepat puas

Rasa tidak cepat puas adalah bakat alami seorang pemimpin. Rasa cepat puas hanya dimiliki oleh orang biasa dan manager. Seorang yang berbakat pemimpin melihat sukses adalah suatu perjalanan dan bukan suatu akhir. Maka dia akan terus membawa orang-orang yang dipimpinnya naik ke level yang lebih tinggi terus-menerus.

4. Anda bisa melihat masalah dan faktor yang mempengaruhinya dengan cepat

Ini adalah bakat alami yang jarang dimiliki oleh banyak orang. Namun hal ini bisa dilatih jika anda menerapkan prinsip “mengapa” . Ajukan pertanyaan tersebut terus-menerus setiap kali anda menemukan masalah dan akhirnya anda akan terlatih untuk melihat suatu masalah atau tantangan melewati banyak faktor yang terhubung satu sama lain.

5. Anda bisa menerima perbedaan pendapat tanpa menjadi tersinggung

Jika anda naik semakin tinggi baik secara posisi maupun kekuasaan, anda akan mendapati bahwa tidak semua orang selalu setuju dengan pendapat anda. Disinilah anda diuji. Semakin besar kekuasaan anda, maka kecenderungannya akan menjadi diktator absolut. Jadi jika anda semakin tinggi posisi namun mau mendengar pendapat yang berbeda dengan anda tanpa merasa tersinggung bahkan jika pendapat mereka jauh lebih baik, anda punya bakat menjadi pemimpin hebat

6. Anda mempunyai tujuan hidup yang jelas dan prinsip yang kuat

Seorang pemimpin adalah seorang yang memberi pengaruh menurut John Maxwell seorang guru leadership international. Namun anda tidak akan bisa membawa orang lain bergerak jika anda sendiri tidak punya tujuan yang hendak dicapai. Orang akan secara alamiah mengikuti pemimpin yang tahu kemana dia akan pergi. Memiliki visi adalah hal yang mutlak untuk seorang pemimpin. Minimal visi untuk diri anda sendiri, dan semakin bertambahnya waktu anda akan melihat orang yang sevisi dengan anda dan orang yang bersedia mengikuti anda untuk mewujudkan visi itu menjadi kenyataan.

7. Anda tidak takut melewati masa “kesendirian”

Seorang pemimpin mungkin akan ada masa-masa “sendiri”. Bahkan saya pikir semua pemimpin hebat akan melewati masa-masa ini. Mengapa, karena mungkin anda akan salah dimengerti karena visi anda, anda akan dijauhi karena anda seolah membawa tim anda ke lembah kekelaman atau sesuatu yang seolah menakutkan untuk di lewati.

8. Anda bisa melihat potensi orang lain tanpa merasa tersaingi

Ini adalah hal yang sangat sulit karena biasanya pemimpin akan merasa tersaingi jika ada bawahan yang lebih hebat atau lebih menonjol  dari dirinya. Namun jika anda bisa melihat potensi anak buah anda dan mengembangkannya meskipun mungkin resikonya mereka seoalh lebih menonjol, maka anda adalah pemimpin yang hebat. Ingat, bahwa anda tidak akan kehilangan kekuasaan dengan membaginya.

Nah itulah 8 ciri bahwa anda berbakat pemimpin. Bagaimana jika belum ada, belajarlah. Pemimpin itu dibentuk bukan diciptakan.