Motto IRWAN MAULANA

" MUN TEU NGARAH MOAL NGARIH, MUN TEU NGAKAL MOAL NGAKEUL ".

Tuesday, March 4, 2008

INDONESIA SAMBUT 100 TAHUN KEPANDUAN SEDUNIA

Bagi para pandu atau di Indonesia disebut dengan pramuka, tahun 2007 jelas merupakan tahun bersejarah. Tahun ini, gerakan kepanduan sedunia tepat berusia 100 tahun. Itu bila dihitung sejak pertama kali Baden-Powell yang kemudian diberi gelar kebangsawanan Lord, mengadakan perkemahan dengan mengajak sejumlah remaja di Pulau Brownsea, dekat London, Inggris.

Perkemahan itu dimulai 1 Agustus 1907, dan tanggal itulah yang dijadikan tanggal awal lahirnya gerakan kepanduan sedunia.
Memang, dari pulau kecil itulah kepanduan dilahirkan. Baden-Powell yang telah pensiun dari dinas kemiliteran, telah membuat buku berjudul Aids to Scouting. Buku yang berisi panduan untuk para tentara pemula, ternyata disukai oleh anak-anak dan remaja di Inggris. Salah satu hal yang menarik pembaca remaja, karena di dalam buku itu banyak termuat hal-hal menarik untuk dilakukan di alam terbuka.
Itulah juga yang menyebabkan Baden-Powell kemudian mengajak sejumlah remaja untuk berkemah di alam terbuka di Pulau Brownsea.
Hasil dari perkemahan itu, kemudian dituliskannya dalam sebuah buku. Kali ini buku tersebut memang ditujukan bagi anak-anak dan remaja. Judulnya, Scouting for Boys.
Buku itu segera mendapat sambutan hangat. Bukan hanya oleh anak-anak dan remaja di Inggris, tetapi juga di negara lainnya. Walaupun buku itu awalnya untuk anak-anak dan remaja putera, namun tak sedikit anak dan remaja puteri yang juga tertarik. Maka mulailah scouting atau yang di Indonesia diterjemahkan menjadi kepanduan dan kepramukaan, berkembang, dalam bentuk movement (gerakan). Organisasinya tumbuh di seluruh dunia, termasuk berkembang pula di Indonesia sejak 1912, yang ketika itu masih bernama Hindia-Belanda.

Kini, memperingati 100 tahun gerakan kepanduan sedunia, para pandu di mana pun telah mulai mengadakan berbagai kegiatan untuk menyemarakkan ulang tahun itu. Tema utama kegiatan ulang tahun itu adalah One World, One Promise (Satu Dunia, Satu Janji). Di Indonesia pun demikian. Sejak beberapa waktu lalu bahkan telah dibentuk Panitia Nasional Peringatan 100 Tahun Gerakan Kepanduan Sedunia. Panitia itu diketuai oleh Wakil Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Amoroso Katamsi.

Berbagai kegiatan yang telah dan sedang disiapkan. Mulai dari peringatan Hari Baden-Powell pada 22 Februari 2007 yang di tingkat nasional diisi dengan penganugerahan Lencana Tunas Kencana kepada Presiden RI dan Perdana Menteri Malaysia. Lencana Tunas Kencana merupakan penghargaan tertinggi dari Gerakan Pramuka.

Acara berikutnya, saat ini sedang disiapkan kegiatan Gift for Peace atau Persembahan untuk Perdamaian. Gerakan Pramuka bermaksud memberikan "persembahan" berupa pembinaan anak-anak jalanan. Seluruh jajaran Gerakan Pramuka diharapkan ikut terlibat secara swadaya dan swadana untuk membantu membina anak jalanan di wilayah masing-masing.

Di tingkat nasional, Pembinaan Anak jalanan akan dilaksanakan dalam bentuk perkemahan pada tanggal 18 – 20 Mei 2007 di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur Jakarta.

Gerakan Pramuka juga tengah menyiapkan kontingen yang terdiri dari 325 orang untuk mengikuti Jambore Kepanduan Sedunia di Inggris. Jambore itu akan diadakan 28 Juli sampai 8 Agustus 2007. Indonesia akan menampilkan tema Bhinneka Tunggal Ika (Unity in Diversity) dalam kegiatan-kegiatan kontingen Gerakan Pramuka pada jambore tersebut. Bagi Pramuka yang tidak ikut ke Jambore Kepanduan Sedunia, diharapkan dapat mengadakan semacam kegiatan serupa di wilayah masing-masing.

Kegiatan lainnya adalah Scouting Sunrise pada 1 Agustus 2007.
Pada saat itu, para pramuka di mana pun berada, diharapkan berkumpul untuk mengadakan ulang janji Dwi Satya dan Tri Satya. Di samping, diharapkan pula diselenggarakan kegiatan menarik untuk memperingati ulang tahun kepanduan sedunia tersebut.
Selain itu, saat ini juga sedang disiapkan Estafet Tunas Kelapa. Para pramuka di tiap daerah diharapkan dapat mengadakan estafet dengan membawa tunas kelapa, sambil mempromosikan Gerakan Pramuka dan menggelorakan semangat persaudaraan, serta persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Madrasah Diniyah kita


Alhamdulillah pada tahun 2006 Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren dapat menggandakan/menerbitkan buku Pedoman Penyelenggaraan Diniyah Takmiliyah, yang didalamnya mencakup Diniyah Takmiliyah Awwaliyah (DTA), Diniyah Takmiliayh Wustha (DTW), dan Diniyah Takmiliayah Ulya (DTU). Sesuai dengan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan Diniyah terdiri dari Pendidikan Diniyah Formal, Pendidikan Diniyah Nonformal, dan Pendidikan Diniyah Informal.

Pendidikan Diniyah Formal terdiri dari pendidikan diniyah dasar (pdd), pendidikan diniyah menengah pertama (pdmp), pendidikan diniyah menengah atas (pdma), dan pendidikan diniyah tinggi (pdt). Adapun Pendidikan Diniyah Nonformal mencakup Diniyah Takmiliyah Awwaliyah (DTA), Diniyah Takmiliayah Wustha (DTW), Diniyah takmiliyah Ulya (DTU), Pendidikan Al-Qur’an, Majlis Ta’lim, dan Pengajian Kitab. Sedangkan Pendidikan Diniyah Informal adalah pendidikan keagamaan Islam yang berlangsung dalam keluarga dan lingkungan.

Diniyah Takmiliyah adalah merupakan pendidikan tambahan (suplemen) terhadap pendidikan agama Islam yang dilakasanakan pada pendidikan umum seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan agama Islam yang hanya dua jam pelajaran di sekolah umum dirasakan tidak memadai bagi siswa untuk dapat sebagai bekal agar dapat mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu maka pilihan yang diambil oleh siswa dan orang tua siswa adalah masuk ke Madrasah Dinyah (Diniyah Takmiliyah).

Mudah-mudahan dengan adanya buku Pedoman Penyelenggaraan Diniyah Takmiliyah ini dapat membantu bagi pengelola Madrasah Diniyah maupun bagi personil Departemen Agama sebagai acuan dalam mengelola dan mengembangkan Diniyah Takmiliyah.