Motto IRWAN MAULANA

" MUN TEU NGARAH MOAL NGARIH, MUN TEU NGAKAL MOAL NGAKEUL ".

Sunday, January 18, 2015

SETANGAN LEHER, Apaan tuh...!



Salam Pramuka!
Kakak dan Adik pembaca, hari ini saya ketengahkan kehadapan pembaca bahasan mengenai setangan leher. Saya sajikan ini, sehubungan dengan adanya posting di Grup FB yang saya ikuti mempersoalkan penggunaan setangan leher dikaitkan dengan sudah-tidaknya seorang dilantik menjadi anggota Gerakan Pramuka.

Daripada panjang lebar komentar di grup tersebut, lebih baik saya menulis artikel sederhana ini semoga bermanfaat.

SETANGAN LEHER PRAMUKA

Setangan leher, biasa disebut juga kacu atau hasduk adalah salah satu kelengkapan dalam seragam pramuka. Berbentuk kain segitiga. Panjangnya sekitar se(rentang)tangan, dipakai dileher, mungkin karena itulah disebut setangan leher.
Bukan saja pramuka di Indonesia, di negara-negara lain yang memiliki organisasi kepanduan, para pramukanya (pengakap, scout, guide dsb) juga mengenakan tanda ini. Inilah tanda pengenal yang universal di kepanduan sebagaimana diajarkan oleh Baden Powell.
Kegunaan setangan leher menurut Baden Powell cukup banyak. Namun tulisan ini sementara berfokus kepada setangan leher yang ada Gerakan Pramuka. In syaa Alloh kita bahas kegunaan hasduk ditulisan lain mendatang.

Landasan Hukum
Gerakan Pramuka memiliki aturan mengenai penggunaan setangan leher ini. Beberapa Petunjuk Penyelenggaraan mengaturnya. Sebut saja :
1.   Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor : 055 Tahun 1982 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Tanda Pengenal Gerakan Pramuka;
2.   Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor : 059 Tahun 1982 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Tanda Umum Gerakan Pramuka 
3.    Keputusan Kwartir  Nasional  Gerakan  Pramuka Nomor: 174 Tahun 2012 Tentang Petunjuk  Penyelenggaraan  Pakaian   Seragam  Anggota  Gerakan Pramuka

Setangan leher diklasifikasikan sebagai Tanda Umum.  Seperti yang dicantumkan dalam Pt.4. Pengertian (Jukran Tanda Pengenal GP),  Tanda Umum, yaitu tanda yang dipakai secara umum oleh semua anggota Gerakan Pramuka yang telah dilantik, putera maupun puteri, misalnya tanda tutup kepala, setangan leher, dan sebagainya.

Apa syarat seseorang dapat mengenakan Tanda Umum?
Pada Pt.14. (Jukran Tanda Pengenal GP) mengenai syarat, dinyatakan:
1.     Seorang Pramuka (Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega) hanya dibenarkan mengenakan Tanda Umum pada pakaian seragamnya, sesudah yang bersangkutan memenuhi SKU sesuai dengan tingkat kecakapan dan golongan usianya, dan dilantik sebagai anggota Gerakan Pramuka.
2.       Orang dewasa dalam Gerakan Pramuka hanya dibenarkan mengenakan Tanda Umum pada pakaian seragamnya sesudah yang bersangkutan menyatakan setuju dengan ini Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, serta dikukuhkan menjadi anggota Gerakan Pramuka.

Pt.6. (Jukran Tanda Umum GP) mengenai Fungsi, Tanda umum salah satunya berfungsi  sebagai tanda pengesahan atas keanggotaan seseorang sebagai seorang anggota Gerakan Pramuka dan Gerakan Kepramukaan Sedunia.

Bagaimana tata cara pemakaiannya?
Pada Bab VI mengenai Tata Cara Pemakaian Seragam Pramuka.
1.      Seorang calon anggota Gerakan Pramuka yang belum dilantik/dikukuhkan hanya  dibenarkan memakai pakaian seragam pramuka, tanpa tutup kepala ,  tanpa setangan leher  dan tanpa  menggunakan  tanda pengenal Gerakan Pramuka lainnya.
2.   Seorang anggota Gerakan Pramuka yang telah memenuhi syarat dan dilantik /dikukuhkan  atau  mendapat perestuan,  berhak memakai  pakaian seragam pramuka lengkap dengan setangan  leher  dan tutup kepala serta tanda pengenal Gerakan Pramuka sesuai dengan ketentuan  yang  berhubungan  dengan  usia golongan, tingkat, dan jabatannya.


Bentuk dan Ukuran
Dalam Jukran Pakaian Seragam No. 174 Tahun 2012, Setangan leher memiliki bentuk dan ukuran sebagai berikut:
a)      dibuat dari bahan warna merah dan putih.
b)      berbentuk segitiga sama kaki;
c)  sisi panjang sesuai dengan golongan keanggotaan ( Siaga=90 cm; Penggalang=100-120 cm; Penegak/Pandega/ Pembina 120-130 cm) , sedangkan sudut bawah  90ยบ (panjang disesuaikan dengan tinggi badan pemakai sampai di pinggang).
d)      bahan dasar warna putih dengan lis merah selebar 5 cm.
e)      setangan leher dilipat sedemikian rupa (lebar lipatan ± 5 cm)  sehingga  warna merah putih  tampak dengan jelas,  dan  pemakaiannya tampak rapi.
f)       dikenakan dengan cincin (ring) setangan leher.
g)      dikenakan di bawah kerah baju

Tata Cara Melipat
Cara melipat diatur dalam Jukran Pakaian Seragam 2012



Saturday, January 17, 2015

WAWANCARA Praktis: Mahasiswa Harus Bisa!



Assalamu’alaikum pembaca!
Alhamdulillah saat ini Alloh SWT masih memperkenankan kita bertemu lagi di blog sederhana ini, semoga memberi manfaat bagi kehidupan kita.

Saat ini saya akan mengupas “wawancara” dalam penelitian.

Saya membahas wawancara dilatarbelakangi oleh kesibukan saya beberapa hari ini. Tidak terasa kurang lebih 2 (dua) minggu ini, saya membantu teman mencari bahan tulisan mengenai penelitian. Dalam metode penelitian terutama dalam pendekatan kualitatif nampak sekali pentingnya wawancara. Disamping metode observasi dan  studi dokumentasi, wawancara sangat diandalkan. Maka sepantasnya mahasiswa yang akan melakukan penelitian memiliki kecakapan wawancara baik secara teoritis, maupun praktis.
  
Tulisan ini, ingin berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.       Apakah wawancara itu?
2.       Apa saja jenis-jenis wawancara itu?
3.       Bagaimana menyiapkan sebuah wawancara agar berhasil dan berdaya guna?
4.       Bagaimana sikap pewawancara yang baik?
5.       Apa yang harus dilakukan selama wawancara?
6.       Bagaimana mengakhiri wawancara dengan baik?

Tujuan penulisan ini, tentunya ingin  memberikan informasi kepada pembaca, khususnya bagi para mahasiswa yang sedang bergelut dengan tugas akhir akademik, mengenai seluk beluk wawancara dalam sebuah penelitian. Penulis mengharapkan, secara teoretis tulisan ini akan menambah wawasan dan bisa menjadi acuan dalam penelitian. Secara praktis dapat dipraktekan pada pelaksanaan wawancara. Kekurangan dan kelebihan akan ditemukan ketika kita memanfaatkan ilmu yang sudah kita dapatkan.    Semoga bermanfaat.

Wawancara
Wawancara atau juga disebut interview, adalah sebuah bentuk atau cara mendapatkan informasi dan data, dengan cara tanya jawab terhadap obyek penelitian atau orang yang dianggap mengetahui tentang masalah yang diteliti. Wawancara merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap survai (Slamet, 2004, hal. 44). Tanpa wawancara seorang peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh melalui jalan  bertanya kepada responden (orang yang dianggap mengerti tentang obyek penelitian). Metode wawancara sangat cocok diterapkan dalam penelitian sosial, walaupun tidak tertutup kemungkinan penelitian IPA dan Teknologi juga menggunakan metode ini.

Keakuratan data yang diperoleh dengan cara ini tergantung dari pewawancara, responden, topik pembicaraan, dan situasi saat wawancara berlangsung. Disinilah peneliti perlu mengetahui jenis-jenis wawancara. Menurut Slamet (2004, hal. 45) jenis-jenis wawancara dapat dibagi sebagai berikut:
1.              Information Interview
Yaitu inteview untuk meminta keterangan –keterangan mengenai sesuatu yang diketahui oleh orang yang diwawancarai.
2.              Opinion Interview
Yaitu interview untuk meminta pendapat atau pandangan kepada orang yang diwawancarai.
3.              Feature Interview
Yaitu interview untuk mengetahui cita-cita dan pengalaman orang yang diwawancarai.

Persiapan Wawancara
Agar berhasil baik wawancara perlu dibuatkan pedoman atau langkah-langkahnya. Berikut ini adalah langkah-langkah sebaiknya dilakukan:
1.       Membuat koesioner/ daftar pertanyaan
2.       Menyiapkan perlengkapan
3.       Memilih Responden

Dalam membuat koesioner, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
1.       Siapkan rancangan “presentasi” singkat mengenai tujuan umum penelitian, arti penting dan keuntungan  yang bisa diperoleh dari  wawancara, bahkan jika ada keuntungan dari responden dengan wawancar tersebut. Nyatakan agar pertanyaan dijawab dengan sejujur-jujurnya.
2.       Gunakan tujuan penelitian / tujuan studi sebagai penuntun  dalam menyusun kuesioner.
3.       Bagilah instrumen kepada fase-fase yang berbeda menurut tujuan atau sasaran yang berbeda untuk mempermudah analisa datanya.
4.       Pilah dan pilih pertanyaan dengan memperhatikan kemungkinan respon dari responden. Hindarkan pertanyaan-pertanyaan yang diperkirakan responden tidak mengetahuinya. Jangan lupa, hindari pertanyaan yang membutuhkan waktu lama berfikir karena sesuatu hal atau kejadian yang terlampau di luar ingatan untuk menjawab dengan tepat.  Hindarkan pula dari pertanyaan yang kabur (bias/sulit dimengerti), gunakan kalimat yang singkat dan jelas. Hindarkan pula pertanyaan yang mengarahkan pada jawaban tertentu, yang “memaksa” responden menjawabnya.
5.       Gunakan kata-kata yang sederhana, singkat, dan jelas agar mudah dipahami responden. Upayakan selalu menggunakan kata yang halus, menyenangkan, dan komunikatif sehingga responden tetap nyaman dalam wawancara.    

Selain kuesioner, tidak kalah pentingnya adalah tersedianya perlengkapan wawancara yang dibutuhkan. Diantara yang penting adalah perlengkapan berikut ini:
1.       Identitas diri
2.       Surat izin jika dibutuhkan
3.       Alat-alat tulis
4.       Alam rekam suara/gambar ( tape recorder , kamera, handycam ).
5.       Alat transportasi

Seperti yang sudah disampikan diatas, yang ketiga yang perlu disiapkan dalam sebuah wawancara adalah responden. Responden perlu dipilih yang mengetahui permasalahan yang  sedang diteliti. Sangat disayangkan  jauh-jauh, dan berlama-lama kita melakukan wawancara jika tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Disamping itu responden perlu diperhatikan latar belakangnya, misalnya latar belakang pendidikan dan sosialnya, sehingga wawancara berlangsung secara komunikatif.
Untuk menghasilkan kesimpulan yang baik, sangat dianjurkan wawancara  tidak hanya dilakukan pada  seorang responden saja, namun kepada responden yang lain. Untuk hal ini, bisa saja dipilih responden yang memiliki karakteristik yang berbeda, yang penting responden mengetahui permasalahan yang diteliti.  

BERSAMBUNG

Bibliography

Slamet. (2004). Bimbingan Penelitian Memahami Cara Kerja Para Imuwan. Jakarta: PT Mitra Cendekia.