Motto IRWAN MAULANA

" MUN TEU NGARAH MOAL NGARIH, MUN TEU NGAKAL MOAL NGAKEUL ".

Saturday, January 17, 2015

WAWANCARA Praktis: Mahasiswa Harus Bisa!



Assalamu’alaikum pembaca!
Alhamdulillah saat ini Alloh SWT masih memperkenankan kita bertemu lagi di blog sederhana ini, semoga memberi manfaat bagi kehidupan kita.

Saat ini saya akan mengupas “wawancara” dalam penelitian.

Saya membahas wawancara dilatarbelakangi oleh kesibukan saya beberapa hari ini. Tidak terasa kurang lebih 2 (dua) minggu ini, saya membantu teman mencari bahan tulisan mengenai penelitian. Dalam metode penelitian terutama dalam pendekatan kualitatif nampak sekali pentingnya wawancara. Disamping metode observasi dan  studi dokumentasi, wawancara sangat diandalkan. Maka sepantasnya mahasiswa yang akan melakukan penelitian memiliki kecakapan wawancara baik secara teoritis, maupun praktis.
  
Tulisan ini, ingin berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.       Apakah wawancara itu?
2.       Apa saja jenis-jenis wawancara itu?
3.       Bagaimana menyiapkan sebuah wawancara agar berhasil dan berdaya guna?
4.       Bagaimana sikap pewawancara yang baik?
5.       Apa yang harus dilakukan selama wawancara?
6.       Bagaimana mengakhiri wawancara dengan baik?

Tujuan penulisan ini, tentunya ingin  memberikan informasi kepada pembaca, khususnya bagi para mahasiswa yang sedang bergelut dengan tugas akhir akademik, mengenai seluk beluk wawancara dalam sebuah penelitian. Penulis mengharapkan, secara teoretis tulisan ini akan menambah wawasan dan bisa menjadi acuan dalam penelitian. Secara praktis dapat dipraktekan pada pelaksanaan wawancara. Kekurangan dan kelebihan akan ditemukan ketika kita memanfaatkan ilmu yang sudah kita dapatkan.    Semoga bermanfaat.

Wawancara
Wawancara atau juga disebut interview, adalah sebuah bentuk atau cara mendapatkan informasi dan data, dengan cara tanya jawab terhadap obyek penelitian atau orang yang dianggap mengetahui tentang masalah yang diteliti. Wawancara merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap survai (Slamet, 2004, hal. 44). Tanpa wawancara seorang peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh melalui jalan  bertanya kepada responden (orang yang dianggap mengerti tentang obyek penelitian). Metode wawancara sangat cocok diterapkan dalam penelitian sosial, walaupun tidak tertutup kemungkinan penelitian IPA dan Teknologi juga menggunakan metode ini.

Keakuratan data yang diperoleh dengan cara ini tergantung dari pewawancara, responden, topik pembicaraan, dan situasi saat wawancara berlangsung. Disinilah peneliti perlu mengetahui jenis-jenis wawancara. Menurut Slamet (2004, hal. 45) jenis-jenis wawancara dapat dibagi sebagai berikut:
1.              Information Interview
Yaitu inteview untuk meminta keterangan –keterangan mengenai sesuatu yang diketahui oleh orang yang diwawancarai.
2.              Opinion Interview
Yaitu interview untuk meminta pendapat atau pandangan kepada orang yang diwawancarai.
3.              Feature Interview
Yaitu interview untuk mengetahui cita-cita dan pengalaman orang yang diwawancarai.

Persiapan Wawancara
Agar berhasil baik wawancara perlu dibuatkan pedoman atau langkah-langkahnya. Berikut ini adalah langkah-langkah sebaiknya dilakukan:
1.       Membuat koesioner/ daftar pertanyaan
2.       Menyiapkan perlengkapan
3.       Memilih Responden

Dalam membuat koesioner, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
1.       Siapkan rancangan “presentasi” singkat mengenai tujuan umum penelitian, arti penting dan keuntungan  yang bisa diperoleh dari  wawancara, bahkan jika ada keuntungan dari responden dengan wawancar tersebut. Nyatakan agar pertanyaan dijawab dengan sejujur-jujurnya.
2.       Gunakan tujuan penelitian / tujuan studi sebagai penuntun  dalam menyusun kuesioner.
3.       Bagilah instrumen kepada fase-fase yang berbeda menurut tujuan atau sasaran yang berbeda untuk mempermudah analisa datanya.
4.       Pilah dan pilih pertanyaan dengan memperhatikan kemungkinan respon dari responden. Hindarkan pertanyaan-pertanyaan yang diperkirakan responden tidak mengetahuinya. Jangan lupa, hindari pertanyaan yang membutuhkan waktu lama berfikir karena sesuatu hal atau kejadian yang terlampau di luar ingatan untuk menjawab dengan tepat.  Hindarkan pula dari pertanyaan yang kabur (bias/sulit dimengerti), gunakan kalimat yang singkat dan jelas. Hindarkan pula pertanyaan yang mengarahkan pada jawaban tertentu, yang “memaksa” responden menjawabnya.
5.       Gunakan kata-kata yang sederhana, singkat, dan jelas agar mudah dipahami responden. Upayakan selalu menggunakan kata yang halus, menyenangkan, dan komunikatif sehingga responden tetap nyaman dalam wawancara.    

Selain kuesioner, tidak kalah pentingnya adalah tersedianya perlengkapan wawancara yang dibutuhkan. Diantara yang penting adalah perlengkapan berikut ini:
1.       Identitas diri
2.       Surat izin jika dibutuhkan
3.       Alat-alat tulis
4.       Alam rekam suara/gambar ( tape recorder , kamera, handycam ).
5.       Alat transportasi

Seperti yang sudah disampikan diatas, yang ketiga yang perlu disiapkan dalam sebuah wawancara adalah responden. Responden perlu dipilih yang mengetahui permasalahan yang  sedang diteliti. Sangat disayangkan  jauh-jauh, dan berlama-lama kita melakukan wawancara jika tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Disamping itu responden perlu diperhatikan latar belakangnya, misalnya latar belakang pendidikan dan sosialnya, sehingga wawancara berlangsung secara komunikatif.
Untuk menghasilkan kesimpulan yang baik, sangat dianjurkan wawancara  tidak hanya dilakukan pada  seorang responden saja, namun kepada responden yang lain. Untuk hal ini, bisa saja dipilih responden yang memiliki karakteristik yang berbeda, yang penting responden mengetahui permasalahan yang diteliti.  

BERSAMBUNG

Bibliography

Slamet. (2004). Bimbingan Penelitian Memahami Cara Kerja Para Imuwan. Jakarta: PT Mitra Cendekia.

No comments:

Post a Comment

Silakan komentar Anda tulis disini.