Motto IRWAN MAULANA

" MUN TEU NGARAH MOAL NGARIH, MUN TEU NGAKAL MOAL NGAKEUL ".

Sunday, September 8, 2013

SATUAN TERPISAH (MASIH) DALAM SOROTAN




“ Di sekolah ini, siapa yang ingin dibenci saya, silakan aktif Pramuka!”, demikian pernyataan seorang pimpinan yayasan di Cianjur, ketika ditanya oleh seorang wartawan. Laksana petir di siang bolong, sang wartawan yang pernah aktif di kepramukaan itu terhenyak dan dengan penuh telisik, ia melanjutkan bertanya, mengapa demikian bencinya sang pimpinan yayasan terhadap kepramukaan. Jawabnya singkat: “karena di kepramukaan ada camping”. Ujung-ujungnya terkuak, karena dalam camping sering campur baur laki-laki perempuan, dan menurut si Ibu: ...itu yang saya sangat tidak suka!!!


Kakak dan Adik pembaca, komentar seperti itu sebenarnya sering saya dengar. Banyak anak-anak potensial dan semangat aktif pramuka, yang berasal  dari lingkungan tertentu ( baca: agamis/ religius) akhirnya harus menemui jalan buntu. Mereka tidak dapat aktif  kepramukaan  karena persoalan sering campur baurnya laki perempuan dalam kegiatan kepramukaan.  Apalagi dalam sebuah perkemahan dan bermalam, menjadikan orang tua khawatir,  kebebasan bergaul lawan jenis akan berujung pada perilaku amoral. Padahal kepramukaan ditujukan untuk pembentukan generasi muda berkarakter dan bermoral.

Pernah kita dengar dalam berita, ada oknum pembina pramuka yang alih-alih membina pramuka menjadi manusia bermoral, malah diri si oknum ini melakukan perilaku yang amoral terhadap anak didiknya yang berlainan jenis kelamin. Perilaku oknum itu menjadikan kepramukaan terpojokkan dihadapan masyarakat sekaligus merusak citra Gerakan Pramuka. Padahal sudah demikian panjang organisasi ini berbenah diri menjadi organisasi andalan pembentuk karakter anak bangsa.

Adalah wajar, orang tua ingin anaknya selamat dari perilaku buruk. Karena dalam pandangan masyarakat  kita, perempuan ditempatkan secara terhormat dengan keistimewaannya, demikian juga terhadap laki-laki. Ini bukan diskriminasi, tetapi melaksanakan norma dan sebagai upaya pencegahan timbulnya perilaku negatif pada generasi muda yang sudah mewabah dan secara permisif terjadi di masyarakat.

Gerakan Pramuka ditantang  untuk peduli dengan kemerosotan moral anak bangsa, salah satunya dari perilaku kebebasan bergaul lawan jenis. Bangsa yang berkarakter Pancasila tentu bukan sebuah bangsa yang membiarkan kebebasan bergaul tumbuh mewabah merusak sendi-sendi dan norma kehidupan sosial kita. Pramuka harus tampil didepan.

Kepramukaan di Indonesia memiliki keistimewaan, yaitu adanya salah satu metode kepramukaan yang tidak dimiliki oleh kepanduan negara lainnya. Metode itu adalah Satuan Terpisah untuk Putera dan Puteri. Satuan terpisah pramuka putra dan pramuka putri diterapkan di gugus depan, satuan karya pramuka, dan kegiatan bersama. Satuan pramuka putri dibina oleh pembina putri, satuan pramuka putra dibina oleh pembina putra, kecuali perindukan siaga putra dapat dibina oleh pembina putri.

Untuk kegiatan yang diselenggarakan dalam bentuk perkemahan, harus dijamin dan dijaga agar tempat perkemahan putri dan tempat perkemahan putra terpisah, perkemahan putri dipimpin oleh pembina putri dan perkemahan putra dipimpin oleh pembina putra.  Begitupun dalam kegiatan di alam terbuka lainnya, perlu diperhatikan ketertiban, keamanan, dan kenyamanan seperti yang diharapkan dengan metode yang prinsipil ini.

Faktanya, belum sepenuhnya metode yang cukup prinsipil ini dijalankan. Banyak alasan yang sering disampaikan oleh para pembina. Kurang tersedianya pembina putri, tiada anggaran yang cukup membiayai pembina, banyak kegiatan yang lebih bersifat maskulin sehingga lebih baik ditangani oleh laki-laki, dan alasan-alasan lainnya.

Bagaimana sebaiknya?
Kakak dan Adik pembaca, bagaimana alternatif solusi terhadap persoalan diatas, maka saya sarankan hal-hal berikut ini :
1.      Tumbuhkan terus kesadaran bahwa menerapkan satuan terpisah untuk putera dan puteri, serta menata hubungan pergaulan laki-laki dan perempuan adalah sikap yang terpuji yang diajarkan oleh agama, sesuai dengan nilai-nilai budaya timur yang dianut bangsa ini. Tentunya bagi yang sudah dilantik ini merupakan wujud pengamalan satya dan darma kita.
2.      Kesadaran bergaul dengan tetap mengindahkan norma yang baik ini, harus terus diimplementasikan dalam setiap kegiatan sehingga menumbuhkan kenyamanan pramuka dan orangtua serta masyarakat mempercayakan generasi mudanya pada Gerakan Pramuka.
3.      Tetap upayakan setiap satuan (gudep dan saka) menerapkan metode kepramukaan ini. Sediakan pembina putera yang cukup dan cakap untuk satuan putera. Demikian pula untuk satuan puteri sediakan pembina puteri.
4.      Jika belum memiliki pembina seperti aturan diatas, atur sedemikian rupa agar tata hubungan dan pergaulan dapat tetap mengindahkan nilai-nilai dan norma agama, dan norma lainnya yang berlaku di masyarakat.
5.      Hindarkan acara-acara yang menimbulkan tercampurnya pramuka putera dan puteri dengan tidak beraturan, yang dapat menimbulkan sangkaan buruk terhadap kegiatan kepramukaan apalagi di lingkungan masyarakat/komunitas yang religius.
6.      Untuk kegiatan pada  jenjang Penegak dan Pandega di tingkat kwartir, sudah seharusnya tetap mendapat  pengawasan pembina dan Andalan kwartir, sekalipun mereka diberi kesempatan mengelola kegiatan secara lebih mandiri. Lebih-lebih pada kegiatan yang bermalam dan berhari-hari,  pengawasan harus betul-betul dilaksanakan.
7.      Adalah baik, jikalau dibiasakan penyelenggaraan kegiatan/ acara secara terpisah antara gudep putera dan puteri dengan capaian kompetensi yang mengarah pada keistimewaan jender mereka yang berbeda. Ini akan menciptakan opini di masyarakat bahwa kepramukaan tidak selalu bercampur baur antara laki-laki dan perempuan, juga membentuk karakter anak sesuai jender dan tugas perkembangannya.

Kakak dan Adik, sebenarnya banyak yang ingin saya ungkapkan, namun demikian dulu tulisan ini saya sajikan. Saya ingin mengakhiri, dengan membantah opini yang dibangun oleh xp2 Scout dalam tulisannya di http://pramukaxp2.wordpress.com/2009/07/06/sistem-satuan-terpisah-tidak-perlu-dipertahankan/.

Xp2 scout mengakhiri tulisannya dengan: “So…, apakah kita tetap berpikir untuk mempertahankan sistem satuan terpisah? Jawaban dari pertanyaan itulah yang harus dipikirkan oleh setiap pembina pramuka. Prinsipnya kalau sistem itu sudah tidak diperlukan mengapa harus dipertahankan”.

Saya bertanya:“So...Apakah karena satuan terpisah bagi  putera dan puteri belum optimal kita terapkan dalam kepramukaan, maka kita akan hapuskan dalam Metode Kepramukaan? Karakter generasi muda seperti apa yang ingin dibentuk oleh Gerakan Pramuka tanpa metode ini? Apakah kita akan legalkan ada regu-sangga campuran putera puteri? Bahkan perkemahan campuran?

Yang meyakini pentingnya metode ini, tentu akan menjawab dengan tegas: TIDAK!

Kepramukaan tidak boleh kehilangan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaannya, termasuk Satuan Terpisah untuk Pramuka Putera dan Puteri didalamnya.

Semoga tulisan ini menginspirasi dan bermanfaat.