Motto IRWAN MAULANA

" MUN TEU NGARAH MOAL NGARIH, MUN TEU NGAKAL MOAL NGAKEUL ".

Sunday, September 1, 2013

SELENDANG DAN PITA MAHIR PEMBINA PRAMUKA

Salam Pramuka,
Kakak semua, lega sudah, tugasku menjadi Koordinator Narakarya 2 Siaga Kwarcab Cianjur akan segera berakhir. Insya Alloh, tanggal 3 September 2013, akan dilaksanakan Pelantikan Pembina Mahir oleh Ka Kwarcab Cianjur sekaligus pemberian hak menggunakan Selendang dan Pita Mahir bagi lulusan KML.

Di lapangan sering ada pertanyaan mengenai Selendang dan Pita Mahir ini, karena itulah tulisan kali ini saya angkat, bagaimana penggunaan Selendang dan Pita Mahir bagi Pembina Pramuka.

Kakak-kakak,
Dalam Gerakan Pramuka kita mengenal istilah "tanda kecakapan". Yaitu suatu tanda yang menandakan pemakainya telah diakui memiliki kecakapan, kemampuan, kemahiran tertentu. Tanda kecakapan sering terlintas dalam otak kita, hanya dimiliki oleh Pramuka (peserta didik). Misalnya  Tanda Kecakapan Umum, Tanda Kecakapan Khusus, dan Tanda Pramuka Garuda. Pikiran itu tidak benar, karena Pembina Pramuka-pun memiliki tanda kecakapannya.

Tanda Kecakapan bagi pembina umumnya didapatkan setelah mengikuti suatu pendidikan dan latihan. Salah satu bentuk tanda tersebut yaitu berupa selendang dan pita mahir.




Inilah selendang pembina pramuka mahir. Selendang ini diberikan kepada mereka yang telah mengikuti dan lulus dalam Kursus Pembina Mahir Pramuka tingkat Lanjutan, dan telah menyelesaikan Narakarya 2. Diserahkan oleh Ketua Kwartir Cabangnya dalam sebuah acara pelantikan.

Selendang hanya dipakai dalam acara-acara formal upacara, seperti upacara pelantikan, upacara pembukaan dan penutupan kursus pembina, dan Upacara HUT Pramuka.

Selendang biasa dipakai seperti berikut ini:


Sebenarnya, setangan leher seharusnya ditindih oleh selendang, artinya setangan leher diletakkan dibawah selendang. Ketinggian lipatan ujung selendang didepan dada, sekitar 15 cm diatas pinggang. Demikian menurut pelbagai cerita-adat senior pelatih, dan catatan yang saya dapat dari Pusdiklatda Jawa Barat yang diiyakan oleh Ka Pusdiklatnas, dalam KPL 2011 di Bandung.

Namun faktanya banyak pembina yang terbiasa meletakan selendang dibawah setangan leher, seperti gambar diatas.

Fakta lain juga nampak, walau seharusnya warna kain adalah WULUNG (ungu agak kehitam-hitaman)  namun banyak dilapangan warna yang digunakan adalah coklat dan coklat kemerah-merahan.

Bagaimana pemakaian selendang diluar upacara?

Untuk itulah, maka dalam aktivitas kepramukaan yang tidak berbentuk upacara, untuk menggantikan Seledang, digunakan PITA MAHIR sebagai "tanda harian" Selendang mahir. Terdiri dari 4 jenis, yaitu :

 S warna tengahnya hijau untuk Pembina Mahir Siaga. G warna tengahnya merah untuk Pembina Mahir Penggalang. T warna tengahnya kuning untuk Pembina Mahir Penegak, dan D warna tengahnya coklat untuk Pembina Mahir Pandega.

Dipakai seperti berikut ini:


Saya tidak menganjurkan Kakak-kakak menggunakan selendang, dan pita mahir dalam waktu yang sama. Karena fungsinya sebagai "tanda harian", pita mahir selayaknya dipakai pada waktu kita tidak memakai Selendang.

Di sebuah Kwarda, ada budaya tidak menggunakan pita mahir bagi para pelatih jika menggunakan tanda jabatan pelatih. Menurut saya, hal ini tidak tepat karena pita mahir memiliki kedudukan sebagai "tanda kecakapan", sedang tanda pelatih adalah tanda jabatan.

Ada perilaku unik, mungkin agar lebih kelihatan, kakak-kakak yang memiliki tanda penghargaan seperti Lencana Pancawarsa, Lencana Darmabakti dan  lainnya, kadang meletakkan tanda penghargaan tersebut pada Selendang, padahal seharusnya tanda penghargaan hanya disematkan pada Pakaian Seragam Pramuka bukan pada selendang.

Itulah beberapa fenomena penggunaan Selendang dan Pita Mahir di lapangan.

Apa maknanya?

Selendang, sering dijadikan alat bagi Ibu-ibu/wanita untuk menggendong (mengemban) anak/bayi. Ini bermakna bahwa para pembina mahir yang menggunakan selendang laksana mereka yang mengemban tugas suci menyiapkan dan mengantar generasi muda ke arah/ke tempat yang diharapkan.

Selendang dengan bahan kain berukuran 5 dm x 1945 mm bermakna Pancasila dan tahun kemerdekaan Indonesia dan UUD 1945. Tentu dapat diartikan bahwa mengemban amanat diatas harus dilandasi dengan Pancasila dan UUD 1945.

Selendang, warna dasar WULUNG (UNGU) warna yang melambangkan keuletan, dan ketekunan serta disiplin diri.

Lidah api, motif dari kain ini, bermakna semangat yang tak kunjung padam dari keinginan untuk senantiasa menata diri. Jumlah lidah api adalah kelipatan 10, melambangkan Dasa Darma Pramuka.

Jantung, selama jantung masih berdetak di dada, seorang Pembina Mahir selalu tetap mengabdikan diri dengan Ikhlas Bakti Bina Bangsa Ber Budi Bawa Laksana.

Senjata/ Keris Seorang Pembina Mahir memiliki Sumber Daya dan cara pemikiran yang selalu tajam serta tanggap dengan lingkungannya.


Jadi Kakak semua, apalagi yang sudah menggunakan Selendang Mahir ini, semoga tulisan ini dapat menginspirasi Kakak, bahwa tatkala kita menggunakan selendang ini, maka kita makin menyadari kewajiban kita untuk mengemban tanggung jawab membina generasi muda dengan landasan Pancasila dan UUD 1945, dengan semangat Dasa Darma, wujud keuletan, ketekunan, serta disiplin diri, kita bawa mereka kearah yang lebih baik.

Semoga..