Motto IRWAN MAULANA

" MUN TEU NGARAH MOAL NGARIH, MUN TEU NGAKAL MOAL NGAKEUL ".

Saturday, February 20, 2016

MAKNA MOTTO PEMBINA PRAMUKA



Salam Pramuka!
Kakak-kakak pembina pramuka, sudahkah kakak mengetahui motto pembina pramuka?
Betul..! Ikhlas Bhakti Bina Bangsa Ber Budi Bawa Laksana adalah motto dari Pembina Pramuka, konsep yang  sangat indah, menarik, cocok dan sangat baik  untuk Bangsa Indonesia.

Para Pembina Pramuka sepantasnya menghayati makna motto yang terdapat pada lambang pendidikan dan pelatihan orang dewasa ini.


Konsep Gerakan Pramuka mengajak seluruh komponen Bangsa Indonesia agar mau memberi walau itu hanya setitik bakti untuk negeri ini, senantiasa teguh pada pendirian, dan menepati apa yang dikatakan.

BERBUDI
"Berbudi" dalam bahasa Jawa beda dengan berbudi dalam bahasa Indonesia. ‘Ber’ di sini bukan sebuah ‘awalan’ melainkan kependekan dari ‘luber’ yang artinya adalah “meluap” “Budi” pengertiannya adalah “watak”. Tentusaja watak yang baik. Watak apa yang meluber atau meluap? Tentu saja watak suka memberi, yang dalam bahasa Jawa menurut Poerwadarminta disebut “seneng weweh”. Pemimpin harus “ber-budi”, luber budinya.  Suka memberi kepada rakyatnya. Memberi kepada rakyat tidak harus memberi uang tunai. Keamanan, kesejahteraan, kemudahan, peluang usaha dan masih banyak lagi. Rakyat akan merasa ayem karena diayomi pemimpin yang “ber-budi” (mulai diri sendiri  dan semua yang diberi tanggung-jawab mengendalikan sesuatu adalah pemimpin).

BAWA
“Bawa” dalam bahasa Jawa berarti “ucapan”, atau awal nyanyian. Tembang Jawa sering diawali dengan “bawa”. Semacam intro yang disampaikan dalam sepotong kalimat bernada. Penekanan disini pada “ucapan” seorang pemimpin. Tentusaja ucapan seorang pemimpin tidak boleh “kakehan gludhug kurang udan”, banyak janji tanpa bukti. Ucapan pemimpin harus sama dengan perbuatannya. Harus “Sabda pandita ratu.”
“Berbudi bawa laksana” mengandung pengertian “suka memberi dan kesatuan antara ucapan dan tindakan”. Penjabarannya bisa panjang-lebar, luas dan mendalam. Saya hanya ingin mengingatkan satu hal. Yang sering diucapkan pemimpin kepada rakyat adalah “janji”. Dan yang dijanjikan pasti “mau memberi sesuatu”. Misalnya membangun Puskesmas, Membangun jembatan, mengaspal jalan dan lain-lain. Oleh sebab itu leluhur kita mengingatkan dalam tiga kata “Ber-budi Bawa Laksana”, Banyaklah memberi dan tepati janjimu.

LAKSANA
"Laksana” adalah “jalan”. Diberi sisipan “um” maka “lumaksana” berarti “berjalan. Pengertian “jalan” disini adalah gerak langkah atau tindakan. Jadi “Laksana” menjelaskan “bawa”. Dengan demikian pengertian “Bawa laksana” adalah “kesatuan ucapan dan tindakan”

Dalam etika Jawa dikenal satu ungkapan sabda pandhita ratu, “tan kena wola-wali,” yang dapat dimaknai bahwa seorang pemimpin haruslah konsekuen untuk mewujudkan apa yang telah diucapkan. Kristalisasi perlunya pemimpin yang memiliki sifat bawa laksana. Dalam filsafat Jawa, seorang raja  adalah pemimpin yang memiliki sifat ‘bawa laksana’ dan sifat-sifat baik lainnya. Ini tercermin dari ungkapan yang sering diucapkan Ki Dalang dalam setiap lakon wayang, yang berbunyi: “dene utamaning nata, berbudi bawa laksana” (sifat utama bagi seorang raja adalah bermurah hati dan teguh memegang janji).

Sifat ‘bawa laksana’ mempunyai nilai yang sangat tinggi, sehingga sifat tersebut perlu diprioritaskan  diutamakan. Etika ‘bawa laksana’ ini mengandung nilai yang bersifat universal, mengandung nilai filsafat yang baik dan perlu dipegang teguh seluruh pemimpin.

No comments:

Post a Comment

Silakan komentar Anda tulis disini.